Setiap wanita yang menjadi isteri seorang mujahid, bahkan siapa saja yang terikat kekerabatan dengan figur seorang mujahid, baik itu bapaknya, saudaranya, anaknya dsb mesti memahami kehidupan mujahid yang 'Lain dari pada yang lain" seperti dijelaskan di muka.
Harus diupayakan bagaimana caranya agar bapak, anak, isteri, saudara, kerabat, tempat usaha dan tempat tinggal, semuanya mendukung kelancaran tugas juang, bukan menghambat dan membebani kegesitan gerak kita ! Mereka semua harus dibina agar bisa menyesuaikan diri dengan pola hidup mujahid yang keras, dan tak bisa diperkirakan itu.
Kerukunan rumah tangga tidak akan tercipta bila sang isteri bercita cita dan mengangankan kehidupan normal seperti layaknya orang orang. Mereka harus sadar bahwa suaminya atau anaknya, atau bapaknya bukan lagi "Orang biasa", tapi "Orang luar biasa".
Karenanya mental sang isteri dan anak anak harus pula dididik untuk siap menjadi "Luar Biasa" !
Semua harus dibimbing menurut pola garis perjuangan kita.
Setiap isteri mujahid harus maklum dengan kehidupan suaminya, senantiasa tha'at berbakti, sopan, menghargai dan senantiasa mendorong jiwa suami untuk tetap berghairah menunaikan tugas juangnya. Bukannya menghalangi dan merintangi, mencaci maki suami dengan kata kata yang tidak sopan, karena dianggapnya selama ini aktivitas suami sibuk ke sana sini tapi tidak banyak mendatangkan uang melimpah [malah jatah belanja yang tersedot biaya transportasi menunaikan tugas juang]. Tidak seperti kesibukan kesibukan suami tetangganya, yang pergi pagi pulang pagi lagi, memang kerja lembur cari penghasilan tambahan.
Isteri mujahid, mesti menghargai upaya kerja keras suaminya dalam mengangkat kedaulatan Islam, Tokh kalau Alloh ridho, yang masuk syurga bukan hanya suaminya saja, juga dia dan anak anaknya:
(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-isrtinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan):”Salamun ‘alaikum bima shabartum ”. Maka alangkah baiknya tempat kesudah itu. (S.13:22-24, S.52:21)
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakan.(S.52:21)
Isteri mujahid tidak boleh marah marah, muka kusut jika suami terlambat pulang, atau larut malam baru ia kembali, begitu juga andai berhari hari ia tak pulang. Mesti disadari semua itu bukan untuk kepentingan hawa nafsunya, tapi berbakti untuk masa depan keluarga yang lebih cerah di akhirat. Do'akanlah suami yang tengah pergi di tiap penghujung malam, di atas sajadah seusai engkau tahajud.
Setiap isteri mujahid mesti tahu kehidupan berat yang diderita setiap mujahid, sehingga dia tidak gampang mengeluh, apalagi iri hati melihat tentramnya keluarga keluarga non mujahid.
Kesadaran jihad yang tertanam dalam hati anda, lebih mahal dari apapun yang bisa dimiliki manusia, sebab dengan “sadar jihad” tadi Alloh akan membeli kalian dengan syurga ! Bergembiralah dengan bai’at yang telah anda lakukan [S.9:111], jangan resah dan gundah ! Ini baru namanya isteri mujahid !!
Sesunggunya Alloh telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberi-kan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Alloh, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Alloh di dalam Taurat, Injil Al-Quran. Dan siapa yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Alloh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.(S.9:111)
Mungkin suatu sa'at saudara seperjuangan suaminya datang, berunding hingga jauh larut malam, isteri yang tak sopan biasanya akan berusaha mengusir sang tamu dengan berbagai cara. Membanting pintu, menghardik anak, atau memarahi suami agar segera mengerjakan Sesuatu yang sebenarnya tidak mendesak harus diselesaikan sa'at itu. Sekedar mencari dalih agar tamu malu, dan pamit meninggalkan suaminya. Ini akhlaq paling busuk yang pantang dimiliki seorang isteri mujahid.
Isteri mujahid harus pandai pandai menyimpan rahasia yang mungkin selintas sempat ia dengar lewat obrolan antara suami dan saudara seperjuangannya. Sebab isteri yang tidak teliti dan cermat menyimpan rahasia, sama sekali tidak pantas mendampingi hidup sang mujahid. Apa lagi kalau sang isteri sampai berani membocorkan rahasia, berkhianat terhadap suami sekaligus roda pergerakan, meneruskan informasi ke fihak musuh. Ini isteri pengkhianat namanya, jauhi isteri model begini, berlindunglah kepada Alloh dari hadirnya "musuh dalam selimut". Karena itu jauh jauh hari hendaklah selektif dalam memilih isteri, jangan sampai terlanjur beristrikan "orang berbahaya" seperti ini.
Isteri pejuang Islam mestilah seorang yang bersungguh sungguh lagi tabah bekerja keras, berusaha sungguh sungguh menerapkan kehidupan Islami dalam rumah tangganya, di bawah perlindungan sang mujahid yang jadi suaminya. Jangan main main dengan agama, sebab kafir hukumnya :
Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga:”Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Alloh kepadamu”. Mereka (penghini syurga) menjawab: “Sesungguhnya Alloh telah mengharamkan keduanya di atas orang-orang kafir, (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main atau sendah gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka “. Maka pada hari (kiamat ini), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.(S.7:50-51).
Perempuan yang tidak mau disiplin dengan Islam, tidak pantas jadi isteri pejuang Islam !
Bagi mereka yang telah beristri sebelum tampil sebagai mujahid, harus dididik dan dikondisikan dalam kehidupan Islam yang teladan. Dalam makan, minum, pergaulan, berpakaian dan peribadahan. Isteri isteri pejuang Islam harus membantu isteri saudara seperjuangannya yang belum kental Islamnya agar segara menyesuaikan diri, hingga layak menjadi isteri sang mujahid.
JIka suatu waktu isteri mujahid melihat istri saudara juang suaminya, ada yang belum Islami, jangan menambah dosa baru dengan menggunjingkannya. Lakukanlah syuro antar sesama isteri mujahid untuk melakukan perbaikan.
Tak pantas seorang isteri pejuang Islam, menggunakan cutex pemerah kuku, bibir berlipstik, berbedak berlebihan, ke luar dengan wewangian, berhias mas gemerlapan, membuka aurot, atau memakai pakaian yang ketat membentuk tubuh. Jauh ... Jauh ... semua itu harus dijauhi isteri mujahid yang berbudi tinggi.
Walaupun secara hukum memakai emas tidak dilarang, namun seyogyanya mereka lebih menghayati suasana perjuangan yang tengah dialaminya. Anda harus mencolok dalam ketha'atan, bukan dalam glamournya kehidupan, apalagi dalam suasana "kalah bertempur" seperti sekarang ini.
Ini bukan berarti isteri mujahid dilarang memiliki emas, terkadang itu perlu sebagai bekal yang mudah dibawa pergi. Bila suatu dikejar lawan, tidak ada yang sempat di bawa, maka perhiasan itulah yang dijual untuk menyambung hidup, yang artinya menyambung perjuangan juga ! Yang ditekankan disini adalah ketulusan hati anda dalam memiliki emas tadi15 dan jangan sekali kali memakai untuk memamerkannya. Kita semua sudah mengerti betapa bahaya riya merusak hati ....
Upayakan hidup tidak mubazir, sebab orang mubazir dianggap punya hubungan famili dengan syetan [S.17:27]. Jangan mudah membuang makanan yang tersisa, atau pakaian yang terasa sudah agak usang. Carikan jalan keluarnya supaya pekerjaan mubadzir tidak terjadi16. Kita tahu masih banyak saudara seperjuangan membutuhkan pakaian penutup aurat. Alangkah indah bila setiap isteri mujahid membeli pakaian baru, maka ia keluarkan satu pakaiannya untuk saudari mujahidah lain yang memerlukan17.
----------------------------------------------------------
15. Pemilik emas berupa barang perhiasan, walaupun tidak melampaui batas nishob [98 gram], tetap wajib membayarkan zakatnya 2.5% pada pertma kali mempergunakannya, cukup sekali itu saja selama anda memilikinya. Kecuali bila sampai batas nishop atau lebih, maka emas itu dizakati setiap datang haulnya [setiap setahun sekali terhitung dari mulai memilikinya]. Lihat, betapa eratnya kehidupan pribadi muslimah dengan perjuangan Islam ! Pernah A’isyah menjawab “belum”. Maka dengan tegas nabi mengingatkan “Cukup emas itu untuk melemparkanmu ke dalam Jahanam !” lihat kitab zakat Yusuf Qordhowi.
Sebuah peringatan keras, betapa seorang muslimah wajib tetap terikat dengan perhatiannya atas kelangsungan dana perjuangan Islam, lebi dari sekedar mempercantik dan menghias diri belaka !
16 . Ingat, pejuang nasionalis secular saja memperlakukan anak atau saudara PKI sebagai musuh, digolongkan dalam kategori C1, C2, dsb tergantung tingkat kedekatannya, dicurigai sedemikian rupa, sebab PKI nyata dipadang musuh besar oleh musuh kaum nasionalis sekuler. Kita pejuang Islam yang diperintah memusuhi syetan [S.35:6], mesti berwaspada terhadap orang-orang yang dinilai Quran punya hubungan persaudaraan dengan syetan di atas.
17 . Dalam kitab Mukhtarul Hadist banyak keutamaan yang bisa kita dapat dengan memberikan pakaian pada saudara/I muslim silahkan anda menelitinya.
Peranan Seorang Istri Dalam Islam
Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul bahwa Rosulullah saw. Bersabda :
” Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah”.
Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan berumah tangga dan peranannya yang sangat dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah swt., Tuhan semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang pada akhirnya, hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah swt. sehingga dia (seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.
Kualitas seorang istri seharusnya memenuhi sebagaimana yang disenangi oleh pencipta-Nya yang tersurat dalam surat Al-Ahzab. Seorang wanita muslimah adalah seorang wanita yang benar (dalam aqidah), sederhana, sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami tidak ada di rumah, mempertaankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah dan senang serta mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah swt.
Ketika seorang wanita muslimah menikah (menjadi seorang istri) maka dia harus mengerti bahwa dia memiliki peranan yang khusus dan pertanggungjawaban dalam Islam kepada pencipta-Nya, Allah swt. menjadikan wanita berbeda dengan pria sebagaimana yang disebutkan dalam ayat Al-Qur’an:
” Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (QS. An Nisaa’ , 4:32).
Kita dapat melihat dari ayat ini bahwa Allah swt. membuat perbedaan yang jelas antara peranan laki-laki dan wanita dan tidak diperbolehkan bagi laki-laki atau wanita untuk menanyakan ketentuan peranan yang telah Allah berikan sebagaimana firman Allah:
“ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al Ahzab, 33:36)
Karenanya, seorang istri akan membenarkan Rosulullah dan akan membantu suaminya untuk menyesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (hukum Islam) dan memastikan suaminya untuk kembali melaksanakan kewajiban-kewajibannya, begitupun dengan kedudukan suami, dia juga harus memenuhi kewajiban terhadap istrinya.
Diantara hak-hak lainnya, seorang istri memiliki hak untuk Nafaqah (diberi nafkah) yang berupa makanan, pakaian dan tempat untuk berlindung yang didapatkan dari suaminya. Dia (suami) berkewajiban membelanjakan hartanya untuk itu walaupun jika istri memiliki harta sendiri untuk memenuhinya. Rosulullah saw. Bersabda :
” Istrimu memiliki hak atas kamu bahwa kamu mencukupi mereka dengan makanan, pakaian dan tempat berlindung dengan cara yang baik.” (HR. Muslim)
Ini adalah penting untuk dicatat bahwa ketika seorang istri menunaikan kewajiban terhadap suaminya, dia (istri) talah melakukan kepatuhan terhadap pencipta-Nya, karenanya dia (istri yang telah menunaikan kewajibannya) mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya. Rosulullah saw. mencintai istri-istrinya karena kesholehan mereka.
Aisyah r.a. suatu kali meriwayatkan tentang kebaikan kualitas Zainab ra, istri ketujuh dari Rosulullah saw.,
”Zainab adalah seseorang yang kedudukannya hampir sama kedudukannya denganku dalam pandangan Rosulullah dan aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih terdepan kesholehannya daripada Zainab r.a., lebih dalam kebaikannya, lebih dalam kebenarannya, lebih dalam pertalian darahnya, lebih dalam kedermawanannya dan pengorbanannya dalam hidup serta mempunyai hati yang lebih lembut, itulah yang menyebabkan ia lebih dekat kepada Allah”.
Seperti kebesaran wanita-wanita muslimah yang telah dicontohkan kepada kita, patut kiranya bagi kita untuk mencontohnya dengan cara mempelajari kesuciannya, kekuatan dari karakternya, kebaikan imannya dan kebijaksanaan mereka. Usaha untuk mencontoh Ummul Mukminin yang telah dijanjikan surga (oleh Allah) dapat menunjuki kita kepada karunia surga.
Abu Nu’aim meriwayatkan bahwa Rosulullah saw. Bersabda :
“ Ketika seorang wanita menunaikan sholat 5 waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mematuhi suaminya, maka dia akan masuk surga dengan beberapa pintu yang dia inginkan”. (Al Bukhori, Al Muwatta’ dan Musnad Imam Ahmad).
Harus diupayakan bagaimana caranya agar bapak, anak, isteri, saudara, kerabat, tempat usaha dan tempat tinggal, semuanya mendukung kelancaran tugas juang, bukan menghambat dan membebani kegesitan gerak kita ! Mereka semua harus dibina agar bisa menyesuaikan diri dengan pola hidup mujahid yang keras, dan tak bisa diperkirakan itu.
Kerukunan rumah tangga tidak akan tercipta bila sang isteri bercita cita dan mengangankan kehidupan normal seperti layaknya orang orang. Mereka harus sadar bahwa suaminya atau anaknya, atau bapaknya bukan lagi "Orang biasa", tapi "Orang luar biasa".
Karenanya mental sang isteri dan anak anak harus pula dididik untuk siap menjadi "Luar Biasa" !
Semua harus dibimbing menurut pola garis perjuangan kita.
Setiap isteri mujahid harus maklum dengan kehidupan suaminya, senantiasa tha'at berbakti, sopan, menghargai dan senantiasa mendorong jiwa suami untuk tetap berghairah menunaikan tugas juangnya. Bukannya menghalangi dan merintangi, mencaci maki suami dengan kata kata yang tidak sopan, karena dianggapnya selama ini aktivitas suami sibuk ke sana sini tapi tidak banyak mendatangkan uang melimpah [malah jatah belanja yang tersedot biaya transportasi menunaikan tugas juang]. Tidak seperti kesibukan kesibukan suami tetangganya, yang pergi pagi pulang pagi lagi, memang kerja lembur cari penghasilan tambahan.
Isteri mujahid, mesti menghargai upaya kerja keras suaminya dalam mengangkat kedaulatan Islam, Tokh kalau Alloh ridho, yang masuk syurga bukan hanya suaminya saja, juga dia dan anak anaknya:
(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-isrtinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan):”Salamun ‘alaikum bima shabartum ”. Maka alangkah baiknya tempat kesudah itu. (S.13:22-24, S.52:21)
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakan.(S.52:21)
Isteri mujahid tidak boleh marah marah, muka kusut jika suami terlambat pulang, atau larut malam baru ia kembali, begitu juga andai berhari hari ia tak pulang. Mesti disadari semua itu bukan untuk kepentingan hawa nafsunya, tapi berbakti untuk masa depan keluarga yang lebih cerah di akhirat. Do'akanlah suami yang tengah pergi di tiap penghujung malam, di atas sajadah seusai engkau tahajud.
Setiap isteri mujahid mesti tahu kehidupan berat yang diderita setiap mujahid, sehingga dia tidak gampang mengeluh, apalagi iri hati melihat tentramnya keluarga keluarga non mujahid.
Kesadaran jihad yang tertanam dalam hati anda, lebih mahal dari apapun yang bisa dimiliki manusia, sebab dengan “sadar jihad” tadi Alloh akan membeli kalian dengan syurga ! Bergembiralah dengan bai’at yang telah anda lakukan [S.9:111], jangan resah dan gundah ! Ini baru namanya isteri mujahid !!
Sesunggunya Alloh telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberi-kan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Alloh, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Alloh di dalam Taurat, Injil Al-Quran. Dan siapa yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Alloh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.(S.9:111)
Mungkin suatu sa'at saudara seperjuangan suaminya datang, berunding hingga jauh larut malam, isteri yang tak sopan biasanya akan berusaha mengusir sang tamu dengan berbagai cara. Membanting pintu, menghardik anak, atau memarahi suami agar segera mengerjakan Sesuatu yang sebenarnya tidak mendesak harus diselesaikan sa'at itu. Sekedar mencari dalih agar tamu malu, dan pamit meninggalkan suaminya. Ini akhlaq paling busuk yang pantang dimiliki seorang isteri mujahid.
Isteri mujahid harus pandai pandai menyimpan rahasia yang mungkin selintas sempat ia dengar lewat obrolan antara suami dan saudara seperjuangannya. Sebab isteri yang tidak teliti dan cermat menyimpan rahasia, sama sekali tidak pantas mendampingi hidup sang mujahid. Apa lagi kalau sang isteri sampai berani membocorkan rahasia, berkhianat terhadap suami sekaligus roda pergerakan, meneruskan informasi ke fihak musuh. Ini isteri pengkhianat namanya, jauhi isteri model begini, berlindunglah kepada Alloh dari hadirnya "musuh dalam selimut". Karena itu jauh jauh hari hendaklah selektif dalam memilih isteri, jangan sampai terlanjur beristrikan "orang berbahaya" seperti ini.
Isteri pejuang Islam mestilah seorang yang bersungguh sungguh lagi tabah bekerja keras, berusaha sungguh sungguh menerapkan kehidupan Islami dalam rumah tangganya, di bawah perlindungan sang mujahid yang jadi suaminya. Jangan main main dengan agama, sebab kafir hukumnya :
Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga:”Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Alloh kepadamu”. Mereka (penghini syurga) menjawab: “Sesungguhnya Alloh telah mengharamkan keduanya di atas orang-orang kafir, (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main atau sendah gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka “. Maka pada hari (kiamat ini), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.(S.7:50-51).
Perempuan yang tidak mau disiplin dengan Islam, tidak pantas jadi isteri pejuang Islam !
Bagi mereka yang telah beristri sebelum tampil sebagai mujahid, harus dididik dan dikondisikan dalam kehidupan Islam yang teladan. Dalam makan, minum, pergaulan, berpakaian dan peribadahan. Isteri isteri pejuang Islam harus membantu isteri saudara seperjuangannya yang belum kental Islamnya agar segara menyesuaikan diri, hingga layak menjadi isteri sang mujahid.
JIka suatu waktu isteri mujahid melihat istri saudara juang suaminya, ada yang belum Islami, jangan menambah dosa baru dengan menggunjingkannya. Lakukanlah syuro antar sesama isteri mujahid untuk melakukan perbaikan.
Tak pantas seorang isteri pejuang Islam, menggunakan cutex pemerah kuku, bibir berlipstik, berbedak berlebihan, ke luar dengan wewangian, berhias mas gemerlapan, membuka aurot, atau memakai pakaian yang ketat membentuk tubuh. Jauh ... Jauh ... semua itu harus dijauhi isteri mujahid yang berbudi tinggi.
Walaupun secara hukum memakai emas tidak dilarang, namun seyogyanya mereka lebih menghayati suasana perjuangan yang tengah dialaminya. Anda harus mencolok dalam ketha'atan, bukan dalam glamournya kehidupan, apalagi dalam suasana "kalah bertempur" seperti sekarang ini.
Ini bukan berarti isteri mujahid dilarang memiliki emas, terkadang itu perlu sebagai bekal yang mudah dibawa pergi. Bila suatu dikejar lawan, tidak ada yang sempat di bawa, maka perhiasan itulah yang dijual untuk menyambung hidup, yang artinya menyambung perjuangan juga ! Yang ditekankan disini adalah ketulusan hati anda dalam memiliki emas tadi15 dan jangan sekali kali memakai untuk memamerkannya. Kita semua sudah mengerti betapa bahaya riya merusak hati ....
Upayakan hidup tidak mubazir, sebab orang mubazir dianggap punya hubungan famili dengan syetan [S.17:27]. Jangan mudah membuang makanan yang tersisa, atau pakaian yang terasa sudah agak usang. Carikan jalan keluarnya supaya pekerjaan mubadzir tidak terjadi16. Kita tahu masih banyak saudara seperjuangan membutuhkan pakaian penutup aurat. Alangkah indah bila setiap isteri mujahid membeli pakaian baru, maka ia keluarkan satu pakaiannya untuk saudari mujahidah lain yang memerlukan17.
----------------------------------------------------------
15. Pemilik emas berupa barang perhiasan, walaupun tidak melampaui batas nishob [98 gram], tetap wajib membayarkan zakatnya 2.5% pada pertma kali mempergunakannya, cukup sekali itu saja selama anda memilikinya. Kecuali bila sampai batas nishop atau lebih, maka emas itu dizakati setiap datang haulnya [setiap setahun sekali terhitung dari mulai memilikinya]. Lihat, betapa eratnya kehidupan pribadi muslimah dengan perjuangan Islam ! Pernah A’isyah menjawab “belum”. Maka dengan tegas nabi mengingatkan “Cukup emas itu untuk melemparkanmu ke dalam Jahanam !” lihat kitab zakat Yusuf Qordhowi.
Sebuah peringatan keras, betapa seorang muslimah wajib tetap terikat dengan perhatiannya atas kelangsungan dana perjuangan Islam, lebi dari sekedar mempercantik dan menghias diri belaka !
16 . Ingat, pejuang nasionalis secular saja memperlakukan anak atau saudara PKI sebagai musuh, digolongkan dalam kategori C1, C2, dsb tergantung tingkat kedekatannya, dicurigai sedemikian rupa, sebab PKI nyata dipadang musuh besar oleh musuh kaum nasionalis sekuler. Kita pejuang Islam yang diperintah memusuhi syetan [S.35:6], mesti berwaspada terhadap orang-orang yang dinilai Quran punya hubungan persaudaraan dengan syetan di atas.
17 . Dalam kitab Mukhtarul Hadist banyak keutamaan yang bisa kita dapat dengan memberikan pakaian pada saudara/I muslim silahkan anda menelitinya.
Peranan Seorang Istri Dalam Islam
Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul bahwa Rosulullah saw. Bersabda :
” Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah”.
Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan berumah tangga dan peranannya yang sangat dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah swt., Tuhan semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang pada akhirnya, hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah swt. sehingga dia (seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.
Kualitas seorang istri seharusnya memenuhi sebagaimana yang disenangi oleh pencipta-Nya yang tersurat dalam surat Al-Ahzab. Seorang wanita muslimah adalah seorang wanita yang benar (dalam aqidah), sederhana, sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami tidak ada di rumah, mempertaankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah dan senang serta mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah swt.
Ketika seorang wanita muslimah menikah (menjadi seorang istri) maka dia harus mengerti bahwa dia memiliki peranan yang khusus dan pertanggungjawaban dalam Islam kepada pencipta-Nya, Allah swt. menjadikan wanita berbeda dengan pria sebagaimana yang disebutkan dalam ayat Al-Qur’an:
” Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (QS. An Nisaa’ , 4:32).
Kita dapat melihat dari ayat ini bahwa Allah swt. membuat perbedaan yang jelas antara peranan laki-laki dan wanita dan tidak diperbolehkan bagi laki-laki atau wanita untuk menanyakan ketentuan peranan yang telah Allah berikan sebagaimana firman Allah:
“ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al Ahzab, 33:36)
Karenanya, seorang istri akan membenarkan Rosulullah dan akan membantu suaminya untuk menyesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (hukum Islam) dan memastikan suaminya untuk kembali melaksanakan kewajiban-kewajibannya, begitupun dengan kedudukan suami, dia juga harus memenuhi kewajiban terhadap istrinya.
Diantara hak-hak lainnya, seorang istri memiliki hak untuk Nafaqah (diberi nafkah) yang berupa makanan, pakaian dan tempat untuk berlindung yang didapatkan dari suaminya. Dia (suami) berkewajiban membelanjakan hartanya untuk itu walaupun jika istri memiliki harta sendiri untuk memenuhinya. Rosulullah saw. Bersabda :
” Istrimu memiliki hak atas kamu bahwa kamu mencukupi mereka dengan makanan, pakaian dan tempat berlindung dengan cara yang baik.” (HR. Muslim)
Ini adalah penting untuk dicatat bahwa ketika seorang istri menunaikan kewajiban terhadap suaminya, dia (istri) talah melakukan kepatuhan terhadap pencipta-Nya, karenanya dia (istri yang telah menunaikan kewajibannya) mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya. Rosulullah saw. mencintai istri-istrinya karena kesholehan mereka.
Aisyah r.a. suatu kali meriwayatkan tentang kebaikan kualitas Zainab ra, istri ketujuh dari Rosulullah saw.,
”Zainab adalah seseorang yang kedudukannya hampir sama kedudukannya denganku dalam pandangan Rosulullah dan aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih terdepan kesholehannya daripada Zainab r.a., lebih dalam kebaikannya, lebih dalam kebenarannya, lebih dalam pertalian darahnya, lebih dalam kedermawanannya dan pengorbanannya dalam hidup serta mempunyai hati yang lebih lembut, itulah yang menyebabkan ia lebih dekat kepada Allah”.
Seperti kebesaran wanita-wanita muslimah yang telah dicontohkan kepada kita, patut kiranya bagi kita untuk mencontohnya dengan cara mempelajari kesuciannya, kekuatan dari karakternya, kebaikan imannya dan kebijaksanaan mereka. Usaha untuk mencontoh Ummul Mukminin yang telah dijanjikan surga (oleh Allah) dapat menunjuki kita kepada karunia surga.
Abu Nu’aim meriwayatkan bahwa Rosulullah saw. Bersabda :
“ Ketika seorang wanita menunaikan sholat 5 waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mematuhi suaminya, maka dia akan masuk surga dengan beberapa pintu yang dia inginkan”. (Al Bukhori, Al Muwatta’ dan Musnad Imam Ahmad).
No comments:
Post a Comment