Saturday, January 29, 2011

Siapa Yang Menanam, Dia Yang akan Menuai



Siapa Yang Menanam, Dia Yang akan Menuai

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Segala puji itu hanyalah milik Allah. Dialah zat yang telah menyempurnakan
nikmat-Nya untuk kita dan secara berturut-turut memberikan berbagai
pemberian dan anugerah kepada kita.


Semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan untuk Nabi kita Muhammad,
keluarganya yang merupakan manusia pilihan dan semua sahabatnya yang
merupakan manusia-manusia yang bertakwa seiring silih bergantinya malam dan siang.


Kita pasti pernah mendengar peribahasa ini,
"Siapa yang menanam, Dia yang akan menuai."
Maksudnya, jika seseorang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan pula.
Dan jika seseorang menanam kejelekan, maka ia akan menuai hasil yang jelek pula.
Berikut beberapa contoh dalam Al Quran dan hadits yang menceritakan maksud dari peribahasa ini.


1. Menjaga Hak Allah, Menuai Penjagaan Allah


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan pada Ibnu Abbas
-radhiyallahu anhuma- sebuah kalimat,

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ


"Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu."
[1]

Yang dimaksud menjaga Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan,
hak-hak, perintah, dan  larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya
dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak
melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah).
Orang yang melakukan seperti ini, merekalah yang menjaga diri dari
batasan-batasan Allah. Yang utama  untuk dijaga adalah shalat lima waktu
yang wajib. Dan yang patut dijaga lagi adalah pendengaran, penglihatan dan
lisan dari berbagai keharaman. Begitu pula yang mesti dijaga adalah
kemaluan, yaitu  meletakkannya pada yang halal saja dan bukan melalui jalan
haram yaitu zina.[2]


Barangsiapa menjaga diri dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan,
maka ia akan mendapatkan dua penjagaan.


Penjagaan pertama: Allah akan menjaga urusan dunianya yaitu ia akan
mendapatkan penjagaan diri, anak, keluarga dan harta.


Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan,
"Barangsiapa menjaga (hak-hak) Allah,
maka Allah akan menjaganya dari berbagai gangguan."

Sebagian salafmengatakan,
"Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah akan menjaga
dirinya. Barangsiapa lalai dari takwa kepada Allah, maka Allah tidak ambil
peduli padanya. Orang itu berarti telah menyia-nyiakan dirinya sendiri.
Allah sama sekali tidak butuh padanya."


Jika seseorang berbuat maksiat, maka ia juga dapat melihat tingkah laku
yang aneh pada keluarganya bahkan pada hewan tunggangannya. Sebagaimana
sebagian salaf mengatakan,
"Jika aku bermaksiat pada Allah, maka pasti aku
akan menemui tingkah laku yang aneh pada budakku bahkan juga pada hewan
tungganganku."
[3]

Penjagaan kedua: Penjagaan yang lebih dari penjagaan pertama, yaitu Allah
akan menjaga agama dan keimanannya. Allah akan menjaga dirinya dari
pemikiran rancu yang bisa menyesatkan dan dari berbagai syahwat yang
diharamkan.[4]


Semoga dengan menjaga hak-hak Allah, kita semua bisa menuai dua penjagaan
ini.


2. Berlaku Jujur, Menuai Kebaikan


Dari sahabat Abdullah bin Masud, ia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ
الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ
وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ
الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا


"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan
dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga.
Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia
akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan
dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka.
Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan
dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."
[5]

Terkhusus lagi, beliau memerintahkan kejujuran ini pada pedagang karena
memang kebiasaan para pedagang adalah melakukan penipuan dan menempuh
segala cara demi melariskan barang dagangan.


Dari Rifaah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu
alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan
transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru,
"Wahai para pedagang!"
Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ
اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ


"Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti
sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada
Allah, berbuat baik dan berlaku jujur."
[6]

Berlaku jujur juga akan menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud
keberkahan adalah tetapnya dan bertambahnya kebaikan.
Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا  أَوْ قَالَ حَتَّى
يَتَفَرَّقَا  فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ,
وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا


"Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar)
selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling
terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi
tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi,
niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu."
[7]

Inilah buah yang dipetik dari pedagang yang tidak berlaku jujur. Sedangkan
sebaliknya jika pedagang bisa berlaku jujur, maka ia pun akan menuai
berbagai kebaikan dan keberkahan.


3. Mudah Memaafkan dan Tawadhu, Menuai Kemuliaan


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ رَجُلاً بِعَفْوٍ
إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ


"Sedekah tidak mungkin mengurangi harta. Tidaklah seseorang suka memaafkan,
melainkan ia akan semakin mulia. Tidaklah seseorang bersikap tawadhu
(rendah diri) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya."
[8]

Seseorang yang selalu memaafkan akan semakin mulia dan bertambah
kemuliaannya. Ia juga akan mendapatkan balasan dan kemuliaan di akhirat.
Begitu pula orang yang tawadhu (rendah diri) karena Allah, ia akan
ditinggikan derajatnya di dunia, Allah akan senantiasa meneguhkan hatinya
dan meninggikan derajatnya di sisi manusia, serta kedudukannya pun akan
semakin mulia. Di akhirat pun, Allah akan meninggikan derajatnya karena
ketawadhuannya di dunia.[9]


4. Berperilaku Baik, Menjadi Teman Akrab


Allah Taala berfirman,
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ
حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا
إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)


"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar
dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keuntungan yang besar."
(QS. Fushilat: 34-35)

Sahabat yg mulia, Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma- mengatakan, Allah
memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat
marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan
ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah
akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya.
Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah
laku baik semacam ini.


Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, Namun yang mampu melakukan seperti ini
adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti
kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.[10]


5. Menolong dan Memudahkan Sesama, Menuai Pertolongan dan Kemudahan dari Allah


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ
عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى
مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ
مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ
الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ


"Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia,
Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat.
Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit,
Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat.
Barangsiapa menutup 'aib seseorang, Allah pun akan menutupi 'aibnya di dunia dan akhirat.
Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya."
[11]

Di antara bentuk pertolongan di sini adalah seseorang memberikan kemudahan
dalam masalah utang. Ini bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama,
memberikan tenggang waktu pelunasan dari tempo yang diberikan, ini hukumnya
wajib. Karena Allah Taala berfirman,
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ


"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan."
(QS. Al Baqarah: 280). Cara kedua, dengan
memutihkan hutang tersebut, dan ini dianjurkan. Sebagaimana Allah Taala
berfirman,
وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ


"Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui."
(QS. Al Baqarah: 280)

Berkebalikan dari sikap baik ini adalah mengenakan riba pada saudaranya
yang menunda utang. Ini adalah berkebalikan dari memberi kemudahan. Maka
tentu saja orang yang memberi kesulitan pada saudaranya akan menuai hasil
yang sebaliknya.


6. Usaha disertai Tawakkal akan Menuai Hasil


Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu 'anhu berkata
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ
كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ , تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً


"Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan
memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung
tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya
dalam keadaan kenyang."
[12]
Burung ini melakukan usaha dan bertawakkal pada Allah,
akhirnya ia pun kenyang ketika pulang di sore hari.
Ini berarti tanpa usaha, tidak akan memperoleh hasil apa-apa. Dan usaha tanpa tawakkal,
hanya akan memperoleh sekadar yang Allah takdirkan. Yang tepat adalah usaha
disertai tawakkal, niscaya hasil memuaskan yang akan dituai.


7. Berbuat Curang, Menuai Berbagai Musibah


Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ

وَشِدَّةِ الْمَؤُنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ


"Dan tidaklah mereka berbuat curang ketika menakar dan menimbangm melainkan
mereka akan ditimpa kekeringan, mahalnya biaya hidup dan kelaliman para
penguasa."
[13]

Dan sebab curang dalam perniagaaan inilah sebab dibinasakannya kaum Madyan,
umat Nabi Syuaib alaihis salam. Allah Taala memerintahkan pada kaum Madyan,

أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ (181) وَزِنُوا
بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ (182) وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (183
)


"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang
merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi dengan membuat kerusakan."
(QS. Asy Syuara: 181-183)

Jadi ingatlah, setiap yang kita tanam -baik kebaikan maupun kejelekan-,
pasti kita akan menuai hasilnya. Oleh karenanya, bersemangatlah dalam
menanam kebaikan dan janganlah pernah mau menanam kejelekan.
Para ulama seringkali mengutarakan,

"Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.
Sedangkan balasan dari kejelekan adalah kejelekan setelahnya."
[14]

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi
sempurna.


Referensi:


- Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf AnNawawi, Dar Ihya At Turots Al Arobiy, Beirut, cetakan kedua, 1392.
- Jaamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, Darul Muayyid, cetakan      pertama, tahun 1424 H.
- Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, tahun 1421 H.


Disempurnakan pada siang hari, 16 Muharram 1431 H di Panggang-Gunung Kidul.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Majalah Pengusaha Muslim, dipublish ulang oleh www.muslim.or.id


Foot note :

[1] HR. Tirmidzi no. 2516 dan Ahmad 1/303. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih.


[2] Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 223-224.


[3] Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 225-226.


[4] Faedah dari Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 224-226.


[5] HR. Muslim no. 2607.


[6] HR. Tirmidzi no. 1210 dan Ibnu Majah no. 2146. Syaikh Al Albani dalam
Shahih At Targhib 1785 mengatakan bahwa hadits tersebut shahih lighoirihi
(shahih dilihat dari jalur lainnya).


[7] HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532.


[8] HR. Muslim no. 2588, dari Abu Hurairah.


[9] Al Minhaj Syarh Muslim, 16/141-142.


[10] Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 12/243.


[11] HR. Muslim no. 2699, dari Abu Hurairah


[12] HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al
Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310.


[13] HR. Ibnu Majah no. 4019. Syaikh Al Albani mengatkan bahwa hadits ini
hasan.


[14] Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, 14/372 [Tafsir Surat Al Lail ayat 7]


http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/siapa-yang-menanam-dia-yang-akan-menuai.html

MUTIARA KATA

السلام عليكم ورحمته الله وبركا تها
 MUTIARA KATA

„""Ilmu itu lebih baik dari pada Harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga Harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu berkurang apabila di belanjakan tapi ilmu bertambah bila di beljakan. ""  [Ali bin Abi Talib ra]
 „""Jauhilah berteman dengan pembohong karena ia bisa menjadikan orang yang dekat akan lari darimu dan sebaliknya. Janganlah berkawan dengan orag yang bakhil karena ia akan melupakanmu di waktu kamu sangat memerlukannya dan jauhilah bersahabat dengan orang yang suka berbuat jahat karena ia tidak malu untuk menjualmu dengan harga yang sangat murah.""  [.  Ali bin Abi Talib ra]
 „''' Jangan engkau percaya melihat kegagahan seseorang lelaki. Tetapi jika mereka teguh memegang amanah dan menahan tangannya dari pada menganiayai sesamanya. Itulah lelaki yang sebenarnya. """  [Khalifah Umar al-Khattab ra]
 „""" Hanya lidah yang mau berdusta dan berbohong. Namun pandangan mata, hayunan kedua belah tangan, langkah kedua belah kaki dan pergerakan tubuh, atau seluruh anggota badan akan menafikan apa yang di ucapkan oleh lidah „"""                   .      [Khalifah Umar al-Khattab ra]
 „"""Apabilah kamu merasa letih karena berbuat kebaikan maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan yang akan terus kekal. Dan sekiranya kamu bersenang – senang dengan dosa maka sesungguhnya kesenengan itu akan hilang dan dosa yang di lakukan akan terus kekal. "" [Ali bin Abi Talib ra]
 „""" Islam memiliki dinding dan pintu yang kuat. Dinding Islam ialah kebenaran dan pintunya ialah keadilan. Islam akan tetap jaya, selama penguasa – penguasa bersikap keras dan tegas tetapi itu di lakukan tidak berarti mesti dengan pedang dan cemeti, melainkan dengan hak dan keadilan. """ [Said bin Suwaid]
 """Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
     Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
     Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
     Tidak ada kebaikan bagi sedekah kecuali niat yang Ikhlas. „""     [Al-Ahnaf bin Qais]

„""" Hiduplah sesuka hatimu, sesungguhnya kamu pasti mati. Cinta siapa saja yang kamu senangi, sesungguhnya kamu pasti akan berpisah dengan nya. Lakukan apa saja yang kamu kehendaki, sesungguhnya kamu akan memperoleh balasannya.Dan ingatlah bahwa bersama kesulitan itu senantiasa akan timbul kesenangan. „"" [Ibnu Abbas]
 „""" Hendaklah engkau bergaul dengan para ulama, dan dengarlah (renunglah) kata – kata hukama, karena Allah SWT menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana ia suburkan bumi dengan hujam yang lebat.  [Al-Hukama' ]
 „""" Ada empat hal yang dapat mengangkat seseorang kepada derajat yang tertinggi walaupun amal dan ibadahnya sedikit, yaitu sifat- sifat penyantun, merendah diri,pemurah dan budi pekerti yang baik. Itulah kesempurnaan Iman. „""" [Abul Qasim Al- Junaid]
Semoga mermanfaat dan bisa mengambil apa yang terbaik buat perjalanan kita.
 
semoga bermanfaat

Cerita, "Penjual Ikan"

Cerita, "Penjual Ikan"


Seseorang mulai berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan "Disini Jual Ikan Segar"

Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya. "Mengapa kau tuliskan kata :DISINI ? Bukankah semua orang sudah tau kalau kau berjualan DISINI , bukan DISANA?"


"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".


Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.


"Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tau kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"


"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dantinggallah tulisan "JUAL IKAN"


Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakantulisannya : "Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tau kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?"


Benar juga pikir si penjual ikan,, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggalahtulisan "IKAN"


Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tau kalau ini Ikan bukan Daging?"


"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.


(Author Unknown)


Sahabat, Bila kita ingin memuaskan semua orang, maka yakinlah itu hal yang mustahil.... atau bahkan kita malah justru merugikan diri sendiri


Sudah menjadi fitrah manusia untuk berbeda pendapat. Terbukti perumahan mungil2 yang dulunya sama semua, dalam hitungan tahun sudah menjadi beda semua...


Jadi utamakan suara hati anda... biarlah orang lain berpendapat..., tapi saringlah, cerna kembali pendapat mereka... apakah sesuai dengan kata hati anda?... jika tidak, maka tegaslah tuk mengatakan... "Tidak!... maaf" :)

Keutamaan Sholat

Keutamaan Sholat


Syaqiq Balkhi, seorang syeikh dan ahli shufi yang terkenal berkata, "kita akan mendapatkan lima hal melalui lima cara, yaitu :

  1. Keberkahan rezeki melalui sholat dhuha.
  2. Cahaya di dalam kubur melalui sholat tahajud.
  3. Kemudahan menjawab pertanyaan munkar dan nakir melalui bacaan al Qur'an.
  4. Kemudahan melintas titian shirath melalui puasa dan sedekah.
  5. Naungan Arsy Ilahi melalui dzikrulloh dalam keadaan sendirian.
Di dalam berbagai kitab hadits banyak sekali hadits yang menegaskan pentingnya sholat serta keutamaannya, sehingga sulit dan terlalu banyak jika dituliskan keseluruhan. Berikut adalah beberapa terjemahan hadits dari beberapa hadits Rosululloh saw :
  1. Perintah pertama yang diturunkan Alloh swt kepada umatku adalah sholat, dan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah sholat.
  2. Takutlah kepada Alloh mengenai sholat ! Takutlah kepada Alloh mengenai sholat ! Takutlah kepada Alloh mengenai sholat !
  3. Pembatas antara seseorang dengan syirik adalah sholat.
  4. Ciri seorang muslim adalah sholat. Seseorang yang mengerjakan sholatnya dengan hati yang khusyu, menjaga waktu-waktunya dan memperhatikan sunnah-sunnahnya, maka dia adalah seorang yang beriman.
  5. Alloh swt tidak mewajibkan sesuatu yang lebih utama daripada iman dan sholat. Seandainya ada sesuatu kewajiban yang lebih utama daripada itu niscaya Alloh swt akan memerintahkan para malaikatNya yang sebagian dari mereka senantiasa ruku' dan sebagian lagi terus menerus sujud.
  6. Sholat adalah tiang agama.
  7. Sholat menghitamkan mulut syetan.
  8. Sholat adalah cahaya bagi orang yang beriman.
  9. Sholat adalah jihad yang paling utama.
  10. Selagi seseorang menjaga sholatnya, maka Alloh swt mencurahkan seluruh perhatianNya, tetapi jika ia melalaikan sholatnya, maka perhatian Alloh akan terlepas.
  11. Apabila suatu musibah turun dari langit, maka orang-orang yang memakmurkan masjid akan terhindar darinya.
  12. Apabila seseorang masuk ke dalam neraka jahannam disebabkan dosa-dosanya, maka api neraka tidak akan membakar anggota tubuh yang digunakan untuk bersujud.
  13. Alloh swt mengharamkan api neraka bagi anggota tubuh yag digunakan untuk bersujud.
  14. Amal yang paling disukai Alloh swt adalah sholat tepat pada waktunya.
  15. Keadaan manusia yang paling disukai Alloh swt adalah ketika dalam keadaan sujud, yaitu keningnya menyentuh tanah.
  16. Sedekat-dekat seseorang kepada Alloh adalah ketika dia berada dalam keadaan sujud.
  17. Sholat adalah anak kunci pintu surga.
  18. Apabila seseorang berdiri untuk melaksanakan sholat, maka pintu-pintu surga akan terbuka. Lalu tersingkaplah tabir antara Alloh swt dengan orang yang sholat itu selama dia tidak sibuk dngan batuk, dan sebagainya (yaitu perkara-perkara yag dibenci dalam sholat)
  19. Seseorang yang sedang melaksanakan sholat berarti mengetuk pintu yang maha kuasa, sebagaimana orang mengetuk pintu, maka pasti akan dibukakan baginya.
  20. Kedudukan sholat dalam agama adalah seperti kepala pada badan.
Itulah keutamaan sholat yang harus kita perhatikan baik-baik. Mulai sekarang marilah bersama-sama meningkatkan kualitas sholat kita, menambah kuantitas sholat sunnah kita, dan memperbaiki cara sholat kita agar kualitas sholat kita semakin meningkat… Sudahkah anda catat baik-baik dalam benak Anda…? Bagaimana komentar Anda…? Tergugahkah hati Anda? (Fadhail A'mal)

Kenapa yang tidak solat ini dikatakan sombong?

Hitungan Matematika. Kenapa Yang Nggak Shalat 5 Waktu Itu Sangat Sombong ke Tuhan


Hitungan Matematika, kenapa orang tidak sholat itu sombong kepada Allah:
Di umpamakan jika kita hidup 60 tahun lamanya, Insya Allah. Di dalam 60 tahun, kita hidup sekitar 31,536,000 menit.
Hitungannya: 60 menit x 24(jam) x 365(hari) x 60(tahun) = 31,536,000 menit


Untuk Shalat 5 waktu sampai kita umur 60 tahun, kita perlu:
5 menit x 5 (waktu) x 365(hari) x 49(tahun) = 447,125 menit


Kenapa dikali 49? karena kita diwajibkan sembahyang pada saat umur 12tahun. Jadi 60 tahun - 11 tahun = 49 Tahun


447,125 dibagi 31,536,000 dikali 100=1.4 %


KITA CUMA DIBUTUHKAN 1.4 % DARI HIDUP KITA UNTUK MENGIKUTI PERINTAH SEMBAHYANG KEPADANYA. Jadi sebenernya kita itu sombong sekali kalo tidak sembahyang 5 waktu.

DAKWAH PENGIKUT NABI YANG HAKIKI

 DAKWAH PENGIKUT NABI YANG HAKIKI

Tauhid adalah inti dakwah para Rasul, dari Rasul yang pertama sampai rasul yang terakhir. Alloh berfirman, “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh saja, dan jauhilah Thaghut’.” (An Nahl: 36)
Kaum muslimin sekalian, mereka tidaklah mendakwahi ummatnya dengan menekankan perbaikan ekonomi terlebih dahulu, tidaklah pula dengan merebut kekuasaan para penguasa yang zhalim terlebih dahulu dan mendirikan daulah islamiyah. Padahal kita semua tahu bahwa para rasul tersebut diutus di tengah-tengah masyarakat yang penguasanya amat zholim. Namun pokok dakwah mereka adalah perbaikan akidah ummat dan membersihkannya dari segenap kotoran syirik.

Kewajiban Berdakwah Sebagaimana Dakwah Nabi
Alloh Ta’ala berfirman, “Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” (Yusuf: 108). Dari ayat yang mulia ini, kita tahu bahwa pengikut Rosululloh yang hakiki adalah mereka yang berdakwah sebagaimana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wassalam berdakwah. Tidaklah hal pertama dan utama yang Rosululloh shollallohu ‘alaihi wassalam dakwahkan kecuali tauhid, maka penyeru yang sejati ialah mereka yang menyerukan kepada tauhid. Sedangkan orang-orang yang menyimpang dari jalan ini disinyalir oleh Alloh Azza wa Jalla dalam firmanNya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153)
Tauhid Adalah Poros Perbaikan Ummat
Kaum muslimin sekalian, dakwah perbaikan ummat manusia yang diserukan oleh para Rasul itu adalah dakwah Tauhid, memerangi syirik, yang mana kesyirikan adalah suatu kemungkaran dan kezhaliman yang paling besar di muka bumi ini. Dan tauhid yang diserukan oleh para nabi dan Rasul adalah Tauhid Uluhiyah, yaitu mentauhidkan/mengesakan Alloh dalam ibadah, artinya memurnikan dan memperuntukkan ibadah hanyalah untuk Alloh semata, bukan untuk yang selain Alloh. Di sinilah letak dimana mereka paling banyak ditentang dan diingkari oleh kaumnya. Alloh Azza wa Jalla berfirman: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah Thaghut itu’, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Alloh dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (An-Nahl: 36)
Dakwah Tauhid Adalah Dakwah Rinci
Dakwah tauhid bukan dakwah global yang hanya menyeru: ‘Mari bertauhid!’, akan tetapi dakwah yang mulia ini juga memerinci manakah yang termasuk tauhid dan manakah yang termasuk syirik. Sehingga dengan tertanamnya hal ini pada masyarakat kaum muslimin maka tujuan penciptaan manusia dan jin dapat terwujud.
Alloh Ta’ala telah berfirman: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Alloh, padahal kamu mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)
Maka dengan demikian wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari tauhid yang merupakan awal yang harus dia tuntut kemudian direalisasikan dalam ibadahannya. Dan juga mempelajari tentang syirik yang merupakan lawan dari tauhid dan macam-macam syirik untuk dijauhi dan agar tidak terjerumus ke dalam kesyirikan. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa’: 48)
Manakala tauhid merupakan pokok keselamatan dunia dan akhirat sekaligus hal pertama kali yang harus dipelajari oleh manusia, maka tauhidlah yang mestinya disampaikan dan didakwahkan kepada manusia pertama kali. Selain itu dakwah tauhid juga harus dijadikan sebagai proiritas utama sebagaiman dakwah para Rasul Alloh yang diutus untuk ummatnya dan juga apa yang telah telah Alloh perintahkan. Alloh Azza wa Jalla berfirman: “Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” (Yusuf: 108)
Kuantitas Pengikut Bukanlah Barometer Keberhasilan Dakwah
Sidang pembaca sekalian, kita lihat dari siroh rosul bahwa Rosululloh Muhammad shollallohu ‘alaihi wassalam ketika berdakwah selama tiga belas tahun lamanya hanya menyerukan tauhid kepada bangsa Arab, khususnya kaum Quraisy di Mekkah. Rentang waktu ini begitu sangat panjang dilihat dari masa kenabian beliau. Perjalanan dakwah beliau inipun diiringi dengan rintangan yang luar biasa besar. Siksaan kaum Quraisy terhadap para pengikut beliau sangat gencar, sementara kaum muslimin pada waktu itu masih berjumlah sedikit dan tidak punya daya kekuatan untuk melawannya.
Dakwah ini memang membutuhkan waktu yang panjang dan lama untuk memetik hasilnya, tapi justru hal itulah yang dituntunkan oleh syari’at Islam. Kita tidak akan ditanya oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak: Berapa jumlah pengikut yang berhasil kita rekrut? tetapi yang akan ditanyakan adalah: Sudahkah kita menyampaikannya kepada manusia sebagaimana diperintahkan? Sama saja bagi kita, apakah mendapat pengikut ataukah tidak, selama dakwah kita sesuai dengan tuntunan sesuai syariat maka itulah wujud keberhasilan dakwah yang sebenarnya.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika mi’raj, Alloh menunjukkan kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wassalam para nabi dan rasul sebelum beliau beserta pengikutnya. Ada nabi yang hanya memiliki beberapa orang pengikut, dan bahkan ada yang tidak mempunyai seorang pengikut pun. Dan tatkala kita menengok sejarah nabi Nuh, berapa lama beliau berdakwah? Yaitu selama sembilan ratus lima puluh tahun. Berapakah jumlah pengikut beliau yang berhasil didakwahi yang akhirnya ikut dalam bahtera dan diselamatkan dari adzab Alloh? Tidaklah banyak, hanya sedikit jumlahnya. Mereka para rasul adalah orang-orang yang sukses dalam berdakwah, walaupun jika dilihat dari jumlah pengikut amatlah sedikit.
Lihatlah sejarah perjalanan panjang dakwahnya para nabi dan Rasul, jika kita menelusuri jejak para nabi niscaya kita dapatkan cobaaan kita lebih kecil dibandingkan ujian yang diperoleh oleh para nabi dan Rasul tersebut berupa penentangan dan pengingkaran dari kaumnya, belum lagi kesabaran yang luarbiasa yang mereka miliki untuk mendakwahkan tauhid di tengah-tengah kerusakan ummatnya.
Karena itulah nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wassalam ketika mengutus utusan beliau untuk berdakwah ke daerah lain, selalu mewasiatkan agar tauhidlah yang pertama kali mesti didakwahkan, sebagaimana sabda beliau kepada Mu’adz bin Jabal ketika akan diutus ke negeri Yaman untuk berdakwah, beliau Shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kamu akan mendatangi satu kaum dari ahli kitab, maka hendaklah yang pertama kamu serukan kepada mereka adalah (agar mereka) bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang berhak untuk disembah melainkan Alloh.” (Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan Imam Muslim), dan dalam satu riwayat dari Imam Al-Bukhari [dengan lafazh]: Agar mereka mentauhidkan Alloh (dalam beribadah kepadaNya). Wallohu a’lam.
***
Penulis: Shalih Abu Muhammad

Perang Thaif [Tahun 9 H]

                                                  Perang Thaif [Tahun 9 H]

Ketika orang-orang Tsaqif yang kalah tiba di Thaif, mereka menutup pintu-pintu kotanya dan membuat sejumlah persiapan untuk perang. Urwah bin Mas’ud dan Ghailan bin Salamah tidak ikut hadir di Perang Hunain dan pengepungan Thaif, karena keduanya berada di Jurasy sedang bertugas mempelajari pembuatan dabbabah*, minjaniq**, dan dhabur***”.
“Setelah perang Hunain reda, Rasulullah berangkat ke Thaif. Ketika beliau memutuskan berangkat ke Thaif, Ka’ab bin Malik RA berkata,
‘Kami lumat seluruh keraguan dari Tihamah dan Khaibar
Kemudian kami mengistirahatkan pedang-pedang kami dari perang
Kami berbicara dengan pedang-pedang kami
Jika pedang-pedang kami dapat berbicara, ia pasti berbicara
Aku bukan wanita menyusui anak jika kalian tidak pernah melihatnya
Ada beribu-ribu orang dari kami di halaman kalian
Kami cabut atap rumah di Wajj
Hingga rumah-rumah kalian menjadi kosong tanpa kalian
“Rasulullah berjalan melewati Nakhlah Al-Yamaniyah, Qarn, Al-Mulaih, dan Bahrah Ar-Rugha’ dari Liyyah****. Di sana, Rasulullah membangun masjid dan mengerjakan shalat di dalamnya”.
Kemudian Rasulullah berjalan melewati jalan Adh-Dhaiqah. Ketika Rasulullah berjalan ke arah jalan tersebut, beliau bertanya tentang nama jalan tersebut, “Apa nama jalan ini?”. Dikatakan kepada beliau, “Jalan ini bernama Adh-Dhaiqah”. Rasulullah bersabda, “Aku ganti jalan ini menjadi Al-Yusra”.
Setelah itu, Rasulullah keluar dari jalan Adh-Dhaiqah (Al-Yusra) melewati Nakhab dan berhenti di pohon bernama Ash-Shadirah yang dekat dengan kebun salah seorang dari Tsaqif. Rasulullah pergi menemui pemilik kebun tersebut dan berkata kepadanya, “Engkau harus pergi dari sini. Jika tidak, kami akan menghancurkan kebunmu”. Orang dari Tsaqif tersebut menolak keluar dari kebunnya, kemudian Rasulullah memerintahkan penghancuran kebun orang Tsaqif tersebut.
Setelah itu, Rasulullah meneruskan perjalanan hingga tiba di daerah dekat Thaif dan di sana beliau bermarkas. Tapi, di tempat tersebut beberapa orang dari sahabat Rasulullah terkena lemparan anak panah, karena markas beliau berdekatan dengan tembok Thaif, jadi tidak heran kalau anak panah mengenai kaum muslimin dan mereka tidak dapat memasuki tembok orang-orang Thaif karena orang-orang Thaif menutup temboknya. Ketika beberapa sahabat terkena serangan anak panah, Rasulullah memindahkan markasnya ke masjid beliau yang ada di Thaif sekarang (waktu penulisan buku ini), kemudian beliau mengepung orang-orang Thaif dua puluh malam lebih”.
“Ketika Rasulullah ditemani dua orang istrinya, salah satunya ialah Ummu Salamah binti Abu Umaiyyah. Untuk itu, dua kubah untuk keduanya dipasang dan Rasulullah mengerjakan shalat di antara kedua kubah tersebut. Ketika orang-orang Tsaqif masuk Islam, Amr bin Umaiyyah bin Wahb bin Muattib bin Malik membangun masjid di tempat shalat Rasulullah tersebut. Di masjid tersebut terdapat sebuah tiang yang jika matahari terbit dan sinarnya mengenainya, maka terdengar suara. Rasulullah mengepung orang-orang Thaif, memerangi mereka dengan dahsyat, dan terjadi saling lempar anak panah pada kedua belah pihak”.*****
“Hingga pada pertempuran syadkhah di samping tembok Thaif, beberapa sahabat Rasulullah masuk di bawah dabbabah, kemudian de-ngan dabbabah tersebut, mereka mendekat ke tembok orang-orang Thaif untuk melubanginya. Ketika itulah, orang-orang Tsaqif melepaskan paku besi yang menyala-nyala ke arah kaum muslimin, kemudian kaum muslimin keluar dari bawah paku besi tersebut. Pada saat yang sama, orang-orang Thaif menyerang kaum muslimin dengan anak panah, hingga banyak sekali jatuh korban dari mereka. Kemudian Rasulullah memerintahkan kaum muslimin menebang pohon-pohon anggur milik orang-orang Tsaqif lalu kaum muslimin pergi ke pohon-pohon anggur tersebut untuk menebangnya.
Disampaikan kepadaku bahwa Rasulullah bersabda kepada Abu Bakar ketika beliau mengepung orang-orang Tsaqif, “Hai Abu Bakar, aku bermimpi dihadiahi gelas besar dari kayu yang penuh dengan mentega, kemudian gelas besar dari kayu tersebut dilubangi ayam jago, lalu ayam jago tersebut menumpahkan mentega tersebut”. Abu Bakar berkata, “Aku pikir engkau tidak dapat mengalahkan mereka pada hari ini seperti engkau inginkan”. Rasulullah bersabda, “Tapi aku tidak berpendapat seperti itu”.
Khuwailah binti Hakim As-Sulami, istri Utsman bin Madz’un berkata, “Wahai Rasulullah, jika Allah menaklukkan Thaif untukmu, berikan kepadaku perhiasan Badiyah binti Ghailan bin Salamah atau perhiasan Al-Fari’ah binti Aqil”. Khuwailah berkata seperti itu, karena kedua wanita tersebut adalah wanita Tsaqif yang paling banyak perhiasannya. Disebutkan kepadaku bahwa ketika Rasulullah bersabda kepada Khu-wailah binti Hakim, “Bagaimana kalau aku tidak diberi izin terhadap orang-orang Tsaqif, wahai Khuwailah?” Khuwailah binti Hakim keluar dari hadapan Rasulullah kemudian menceritakan ucapan Rasulullah tersebut kepada Umar bin Khaththab, lalu Umar bin Khaththab masuk menemui Rasulullah dan berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, ucapan apa yang telah engkau katakan kepada Khuwailah karena ia bercerita bahwa engkau mengatakan sesuatu?”. Rasulullah bersabda, “Ya, aku telah berkata seperti itu”. Umar bin Khaththab berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau aku memberimu izin terhadap mereka?”. Rasulullah bersabda, “Tidak”. Umar bin Khaththab berkata, “Bagaimana kalau aku mengumumkan kepada orang-orang agar mereka pergi?” Rasulullah bersabda, “Ya, silakan”.
Umar bin Khaththab pun mengumumkan kepada orang-orang agar mereka pergi. Ketika orang-orang telah berangkat, tiba-tiba Sa’id bin Ubaid bin Usaid bin Abu Amr bin Ilaj berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya rombongan tidak pergi”. Uyainah bin Hishn berkata, “Demi Allah, ini sebuah kemuliaan”. Salah seorang dari kaum muslimin berkata kepada Uyainah bin Hishn, “Semoga Allah mematikanmu, hai Uyainah, pantaskah engkau memuji orang-orang musyrikin karena penghadangan mereka terhadap Rasulullah, padahal engkau datang ke sini untuk menolong beliau?”. Uyainah bin Hishn berkata, “Demi Allah, aku datang ke sini tidak untuk memerangi orang-orang Tsaqif bersama kalian, namun aku ingin Muhammad dapat membuka Thaif, kemudian aku mendapatkan salah seorang gadis Tsaqif, kemudian aku menggaulinya dengan harapan gadis tersebut melahirkan anak laki-laki untukku, karena Tsaqif itu kaum yang cerdas”.
Beberapa budak di antara orang-orang yang terkepung di Thaif menemui Rasulullah untuk masuk Islam, kemudian beliau memerdekakan mereka”.
“Ketika orang-orang Thaif masuk Islam, beberapa orang dari mereka membicarakan tentang budak-budak tersebut, kemudian Rasulullah bersabda, “Tidak, mereka adalah orang-orang yang dimerdekakan oleh Allah”. Di antara orang yang membicarakan tentang budak-budak tersebut adalah Al-Harits bin Kaladah”.
Jumlah total sahabat Rasulullah yang gugur sebagai syuhada di Perang Thaif ialah dua belas orang; tujuh orang dari Quraisy, empat orang dari kaum Anshar, dan satu orang dari Bani Laits”.
“Ketika Rasulullah meninggalkan Thaif setelah menyerang dan mengepungnya, Bujair bin Zuhair bin Abu Salma bersyair mengenang Perang Hunain dan Perang Thaif,
‘Di pertempuran di Hunain
Di pagi hari di Lembah Authas dan perang di Gunung Al-Abraq
Kabilah Hawazin menyesatkan pasukannya dengan mengumpulkan mereka
Kemudian mereka bercerai berai seperti burung yang terkoyak-koyak
Tidak ada satu tempat pun yang melindungi mereka dari kami
Melainkan tembok mereka dan parit
Sungguh kami maju ke tempat mereka agar mereka keluar
Tapi mereka berlindung diri dari kami di pintu yang terkunci rapat
Pasukan kami yang tidak bertameng kembali ke pasukan besar
Yang putih dan berkemilau memancarkan kematian
Pasukan tersebut bersatu dan berwarna hijau
jika pasukan tersebut diarahkan ke benteng
Pasti benteng tersebut hancur lebur rata dengan tanah
Pasukan tersebut berjalan dengan sembunyi-sembunyi di atas tumbuhan Al-Hiras
Kami tak ubahnya seperti kuda yang meletakkan kakinya ke tempat tangannya jika berjalan
Dengan baju besi yang menutup seluruh tubuh yang jika dipakai sebagai alat pelindung
Maka baju besi tersebut seperti aliran sungai dimana angin berhembus padanya
Baju besi tersebut paling baik yang sisa-sisanya menyentuh sandal kami
baju besi tersebut dibuat oleh Daud dan keluarga Muharriq******’.”

CATATAN KAKI
* Dabbaabah adalah salah satu alat perang berupa kendaraan yang dinaiki oleh seorang personil lalu ia merangkak dengan kendaraan itu mendekati benteng musuh.
** Minjaniq adalah salah satu alat untuk mengurung dan mengepung musuh, sejenis alat pelempar batu besar.
*** Dhabur bentuknya seperti tempurung penyu, digunakan untuk melindungi diri ketika berpaling.
**** Qarn, Mulaih dan Bahrah Raghaa' dan Liyyah adalah nama-nama tempat di Thaif.
***** Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa Rasulullah melempar mereka dengan manjaniq. Seseorang yang dapat kupercaya telah menceritakan kepadaku bahwa lemparan manjaniq pertama dalam Islam adalah saat membombardir pasukan Thaif
****** Keluarga Muharriq adalah keluarga Amru bin Hindun, ra