Tuesday, December 28, 2010

SURGA DAN NERAKA

SURGA DAN NERAKA


NERAKA


Jika Allah swt. memberi balasan kepada orang-orang yang taat dan berbakti dengan kenikmatan, maka kepada orang-orang yang durhaka dan bersalah tentu akan diberi balasan pula yaitu berupa siksa. Siksa itu ialah neraka Jahim. Ini dilakukan sebagai hukuman terhadap mereka, sebab mereka telah melakukan serta menumpuk-numpuk dosa yang besar serta kejahatan-kejahatan yang luar biasa.


Jahim adalah merupakan tempat penyiksaan. Ada beberapa nama untuk neraka itu, di antaranya ialah:


a. Hawiah

Hawiah ialah suatu jurang yang sangat dalam, siapa yang jatuh di situ pasti tidak dapat kembali naik ke atas. Tentang neraka ini Allah Taala berfirman, “Siapa yang ringan timbangan amal baiknya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiah. Adakah yang memberitahukan padamu, apakah Hawiah itu? Hawiah adalah neraka yang amat panas apinya.” (Q.S. Al-Qari'ah:8-11)


b. Lazha

Ini difirmankan oleh Allah Taala sebagai berikut, “Ingatlah! Sesungguhnya siksanya ialah neraka Lazha, pengupas kulit kepala. Memanggil orang yang membelakang dan memalingkan mukanya, juga orang yang mengumpulkan kekayaan serta menyimpannya.” (Q.S. Al-Ma'arij:15-18)


Karena kehebatan panas api neraka Lazha ini, kulit kepala pun akan terkelupas dengan sendirinya. Juga karena kehebatan daya tariknya, maka setiap orang yang mendekat di situ pasti akan disambar, sedang orang yang mendekat ini tidak lain kecuali orang yang menolak dan tidak suka menerima kebenaran. Ia memalingkan muka apabila diajak berbuat baik untuk tunduk kepada Tuhan. Sebaliknya yang paling suka dia lakukan adalah mengumpulkan harta kekayaan dan kalau sudah banyak lalu disimpan di dalam almari besi yang tertutup rapat. Hal ini tidak lain hanya karena sangat loba dan tamaknya pada harta, sehingga dijadikan pundi-pundi dan dilihat-lihat saja di dunia ini serta sama sekali tidak untuk dibelanjakan pada jalan yang diperintahkan oleh agama.


c. Sair

Ini dijelaskan oleh Allah Taala dalam firman-Nya, “Untuk orang-orang yang durhaka, Kami menyediakan neraka Sair.” (Q.S. Al-Mulk:5)


d. Saqar

Ini terdapat dalam firman Allah Taala, “Orang yang durhaka, akan Kumasukkan ke dalam Saqar. Adakah yang memberitahukan padamu, apakah Saqar itu? Ia tidak membiarkan tertinggal dan tidak pula membiarkan berlebih. Ia dapat mengganti (mengoyak-ngoyak) kulit manusia. Di situ ada penjaganya yang terdiri dari sembilan belas malaikat (dengan tugas untuk menyiksa masing-masing).” (Q.S. Al-Muddatstsir:26-30)


Maksud kata tidak membiarkan tertinggal ialah tidak membiarkan begitu saja apa yang diletakkan di situ, tetapi apa saja yang masuk pasti akan dibakarnya sampai hangus dan hancur. Juga tidak dibiarkan keluar dari situ. Itulah yang akan menghitamkan tubuh dan membuat cacat yang luar biasa buruknya.


e. Huthamah

Tersebut dalam firman Allah Taala, “Ingatlah! Sesungguhnya orang yang bersalah, akan dilemparkan dalam neraka Huthamah. Adakah yang memberitahukan padamu apakah Huthamah itu? Yaitu api Allah yang dinyalakan, yang naik sampai ke ulu hati. Sesungguhnya api itu ditutupkan di atas mereka dalam tiang yang panjang-panjang.” (Q.S. Al-Humazah:4-9)


KESENGSARAAN DALAM NERAKA JAHIM


Allah Taala telah mendeskripsikan keadaan dalam Jahim itu. Dengan memikirkan sifat-sifat itu, rasanya akan berubanlah rambut setiap pemuda dan akan copot kiranya ulu hati setiap manusia. Memang dibuat demikian mengerikan agar semua orang yang menempuh jalan yang sesat, kembali ke jalan yang benar dan yang durhaka, bertobat dari kedurhakaannya. Allah Taala menyebutkan bahwa bahan bakarnya saja adalah manusia yang tersiksa itu sendiri serta batu-batu belaka.


Renungkanlah firman Allah Taala ini, “Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu sendiri dan seluruh keluargamu dari siksa api neraka, bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Di situ dijaga oleh malaikat yang kasar lagi bengis, tidak membantah kepada Allah tentang apa saja yang diperintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6)


Neraka tidak akan merasa puas dengan banyaknya apa saja yang dimasukkan di dalamnya. Jadi ia senantiasa meminta ditambah, sehingga tidak terdaplagi di situ suatu tempat yang kosong.


Hal ini difirmankan oleh Allah Taala, “Pada hari Kami (Allah) berfirman kepada Jahanam, ‘Adakah engkau sudah penuh.’ Jahanam bertanya, ‘Adakah tambahan lagi?’” (Q.S. Qaf:30)


Mujahid berkata, “Sebenarnya tidak ada suatu percakapan di situ, tetapi percakapan ini adalah sebagai suatu perumpamaan tentang hal-ihwal Jahanam, yang berarti bahwa di dalamnya sudah penuh sesak, sehingga tidak suatu tempat pun yang terluang lagi, penuh padat sukar bergerak. Para penghuninya diberi makanan berupa pohon zaqum, yakni sebuah pohon yang termasuk dalam golongan yang paling buruk, pahit rasanya, bacin baunya dan bahkan berduri.”


Mengenai ini Allah Taala menjelaskan dalam firman-Nya, “Adakah tempat di surga yang lebih baik, ataukah pohon zaqum? Sesungguhnya hal itu Kami jadikan untuk ujian bagi kaum yang bersalah. Sesungguhnya pohon zaqum tumbuh dari dasar neraka. Mayangnya seperti kepala setan (ular). Sesungguhnya penghuni neraka itulah yang makan kayu pohon itu dan karenanya, maka perut mereka menjadi penuh (kembung). Sehabis itu mereka akan mendapatkan air yang sangat panas untuk dijadikan campuran makanannya.” (Q.S. Ash-Shaffat:62-67)


Dalam hal ini ada lagi firman Allah Taala yaitu, “Sesungguhnya Kami (Allah) telah menyediakan neraka untuk orang-orang yang bersalah, mereka dikepung oleh gejolak apinya. Jika mereka meminta minuman, mereka diberi minum air tembaga yang mendidih yakni dapat menghanguskan muka. Alangkah buruknya minuman yang sedemikian itu. Alangkah jeleknya tempat yang semacam itu.” (Q.S. Al-Kahfi:29)


Pakaian penghuni neraka adalah berupa api juga, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Taala, “Inilah dua golongan yang berlawanan, mereka memperselisihkan tentang Tuhannya. Maka orang-orang yang kafir, untuk mereka dibuatkan pakaian dari api dan disiramkan di atas kepala mereka air yang mendidih. Apa yang ada di dalam perut dan juga kulit mereka menjadi hanyut (cair) karenanya. Dan untuk (hukuman) mereka disediakan cemeti besi. Setiap mereka hendak keluar dari dalamnya karena kesedihan, lalu mereka dikembalikan lagi ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, ‘Rasakan olehmu semua siksa yang membakar ini’.” (Q.S. Al-Haj:19-22)


Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya siksa dalam neraka Jahim ialah dituangkan air yang mendidih di atas kepala orang-orang yang durhaka itu, kemudian terus masuk ke dalam sehingga menembus ke dalam perut mereka, kemudian keluar segala isi yang ada dalam perut itu sehingga tampak meleleh dari kedua tapak kakinya. Ini semua merupakan cairan yang berasal dari isi perut. Selanjutnya dikembalikan lagi sebagaimana semula.” Diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan sahih.


Jahanam mengepung semua orang yang disiksa di dalamnya dari segala penjuru. Ini adalah merupakan tutup dan hamparan, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Taala, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan keterangan-keterangan Kami dan bersikap sombong terhadapnya, maka tidak akan dibukakan kepada mereka pintu-pintu langit dan tidak akan masuk ke dalam surga sehingga unta dapat masuk ke lubang jarum. Demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang yang bersalah. Mereka mempunyai tempat tidur dari api yang menyala dan di atas mereka ada tutup dan demikian itulah Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang yang menganiaya.” (Q.S. Al-A'raf:40-41)


Allah Taala juga berfirman, “Di atas kepala mereka ada tumpukan api dan di bawahnya pun ada tumpukan api pula. Demikian Allah memperingatkan sekalian hamba-hamba-Nya. Oleh sebab itu, hai hamba-hamba-Ku, takutlah kamu semua pada-Ku.” (Q.S. Az-Zumar:16)


Penghuni Jahanam tidak akan mati selama-lamanya, sebab kalau mati tentu dapat beristirahat, tetapi tidak pula merasakan kehidupan yang senang dan nyaman. Ini jelas diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya, “Orang yang malang akan menjauhkan diri daripada peringatan yang benar itu. Orang itulah yang akan masuk ke dalam neraka yang besar apinya. Di situ ia tidak akan mati dan tidak pula hidup.” (Q.S. Al-A'la:11-13)


Para penghuni neraka terhalang dari (rahmat) Allah swt, sebagaimana firman-Nya, “Dengan demikian, sesungguhnya mereka pada hari itu (pada hari kiamat) tertutup dari (rahmat) Tuhannya.” (Q.S. Al-Muthaffifin:15)


Ini adalah merupakan bentuk siksa yang paling hebat. Dalam ayat lain Allah Taala berfirman lagi, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir (tidak mempercayai) ayat-ayat Kami, Kami akan memasukkan mereka ke dalam api neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami gantikan dengan kulit yang lain, supaya mereka rasakan benar-benar siksaan itu. Sesungguhnya Allah Maha Mulia dan Bijaksana.” (Q.S. An-Nisa:56)


Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa setiap kulit penghuni neraka yang sudah hangus, hancur dan habis dimakan api akan diganti dengan kulit lain. Sebab dilaksanakan sedemikian ini ialah karena rasa sakit yang sangat justru dalam urat-urat di lapisan kulit, sedang yang lain-lainnya seperti bagian dalam, otot-otot dan sebagainya, maka rasa sakitnya kurang. Oleh sebab itu setiap dokter tentu mengetahui bahwa terbakar yang sekali pun hanya biasa saja, jika belum sampai melampaui lapisan kulit, maka akan menimbulkan rasa sakit yang sangat pedih sekali. Lain sekali dengan terbakarnya yang sangat sehingga melalui lapisan kulit sampai ke bagian dalam daging. Sekali pun keadaannya lebih membahayakan, tetapi sakit yang dirasakan tidaklah sehebat yang di atas. Allah Taala memberitahukan kepada kita bahwa setiap api sudah makan kulit yang di dalamnya terdapat beberapa urat saraf, lalu dibuatkan lagi kulit yang baru, tanpa berhenti sama sekali. Demikianlah bentuk siksa yang akan dialami penghuni neraka nanti, amat sangat dan pedih sekali.


Di sini tampak nyata betapa besar kebijaksanaan Allah Taala, sebelum hal itu diketahui oleh manusia. Memang Allah Taala bersifat Maha Mulia dan Bijaksana, oleh sebab hebatnya kesengsaraan yang diderita juga karena amat pedihnya siksa yang dirasakan, sampai-sampai kaum durhaka hendak menebusnya, andaikata dapat, sekali pun dengan mengurbankan kekasih yang dimilikinya atau seorang yang amat disayangi dan dimuliakan. Tetapi adakah tebusan itu akan bermanfaat untuknya, dapatkah hal itu terjadi dan siapakah yang akan menerima cara yang sebodoh ini? Maka segala harapan mereka tidak terpenuhi dan tidak terkabul. Dalam hal ini Allah Taala berfirman, “Orang yang berdosa ingin sekali, kalau kiranya mereka dapat menebus dirinya dari siksa yang diterimanya pada hari itu dengan memberikan anak-anak, istri, saudara dan keluarganya yang memberi tempat kediaman untuknya, juga dengan seluruh manusia yang di bumi ini. Demikianlah ia ingin menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak mungkin terjadi.” (Q.S. Al-Ma'arij:11-15)


PERBANDINGAN API DI DUNIA DENGAN API AKHIRAT


Diceritakan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Apimu yang kamu semua nyalakan di dunia ini hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian panas neraka Jahanam.” Para sahabat berkata, “Demi Allah, api dunia ini saja sudah amat panas, ya Rasulullah!” Beliau lalu bersabda lagi “Memang, api neraka masih lebih lagi, enam puluh sembilan bagian dari panasnya, semua itu setiap bagian sama suhu panasnya dengan api dunia.” Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmizi.


SIKSAAN YANG PALING RINGAN


Diceritakan dari Nukman bin Basyir r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Seringan-ringan siksa manusia ialah seseorang yang dipakaikan sepasang alas kaki dengan dua buah pengikat dari api neraka. Dari keduanya mendidih otaknya sebagaimana air mendidih di kuali. Ia merasa tidak ada orang lain yang dianggap lebih berat siksanya dari dirinya sendiri, padahal sebenarnya ialah orang yang teringan siksanya di antara penghuni neraka.” Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmizi.


ORANG MUKMIN TIDAK KEKAL DALAM NERAKA


Dalam hadis sahih diterangkan bahwa orang mukmin tidak akan kekal disiksa di dalam neraka. Apabila seorang mukmin melakukan dosa-dosa besar sampai berulang kali dan bertimbun-timbun dan belum lagi terbalas dengan diberi hukuman hudud sebagaimana yang ditetapkan dalam syariat agama, tidak pula disusul dengan tobat nasuha, juga tidak terhapus dengan sebamemperoleh musibah (bencana), sakit atau hal-hal lain yang dapat melenyapkan dosanya, maka tentu ia akan dihisab amalannya yang buruk tadi. Jadi nanti pada hari kiamat Allah Taala akan menimbang amal-amal perbuatannya yang baik dan juga semua kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan yang belum sempat ditobati. Sekiranya kebaikannya menang, tentu ia dapat dimasukkan ke dalam surga juga dapat masuk surga pula sekiranya antara kebaikan dan keburukannya sama nilai dan beratnya.


Dalam hal ini Allah Taala berfirman, “Kami (Allah) tegakkan neraca keadilan pada hari kiamat, sehingga tidak seorang diri pun yang akan dianiaya (dirugikan) sedikit pun dan sekali pun hanya suatu amalan seberat biji sawi, pasti Kami datangkan (timbang) juga. Cukup sempurnalah Kami membuat perhitungan.” (Q.S. Al-Anbiya:47)


Jika keburukan lebih berat timbangannya dari kebaikannya, maka ia akan masuk neraka. Di situlah ia akan disiksa sesuai dengan kadar yang telah diamalkan dan cocok pula dengan dosa yang telah ditimbun serta setimpal dengan bentuk hukuman yang akan diterimanya. Setelah cukup masa hukuman, ia akan keluar dari neraka dengan tubuh dan jiwa yang sudah suci. Ia akan memperoleh apa yang telah dijanjikan oleh Allah Taala, berupa pahala atas kebaikannya, demikian itulah cara penerapan keadilan dan kebijaksanaan Allah Taala.


Mengenai tidak kekalnya orang mukmin dalam neraka disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Said Khudri bahwa Nabi saw. bersabda, “Penghuni surga akan masuk surga dan penghuni neraka akan masuk neraka. Kemudian Allah Taala berfirman, ‘Keluarkanlah dari neraka siapa saja yang di dalam hatinya ada keimanan sekali pun seberat biji sawi.’ Orang-orang itu lalu keluar dari neraka dan tubuhnya sudah hitam hangus. Mereka lalu dimasukkan ke dalam sungai kehidupan (memberikan semangat hidup kembali), lalu tumbuhlah orang-orang tersebut sebagai tumbuhnya benih di samping tanah yang terkena air bah (banjir). Tidakkah engkau mengetahui bahwa benih itu akan keluar kekuning-kuningan dan berseri-seri.” Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Nasai.


Jadi orang-orang yang berasal dari neraka, akan keluar sesudah dimandikan dalam sungai kehidupan tadi dan tubuhnya kembali segar bugar, bersemangat, riang gembira sebab merasa hidup layak lagi sebagaimana yang diinginkan. Selain itu ada sebuah hadis lain dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallaah, sedang dalam kalbunya ada kebaikan seberat biji kacang. Akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallaah sedang dalam kalbunya ada kebaikan seberat gandum. Akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallaah sedang dalam kalbunya ada kebaikan seberat debu.” Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmizi.


SYAFAAT UNTUK ORANG YANG BERBUAT MAKSIAT


Rasulullah saw. selain memberikan syafaat uzhma (besar), juga memberikan syafaat lain-lain sesudah memperoleh izin dari Allah Taala, juga setelah selesai masa penyiksaan, yaitu untuk mengeluarkan orang yang bermaksiat dari neraka. Dicantumkan dalam beberapa hadis sahih bahwasanya Rasulullah saw. dapat memberikan syafaat kepada orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa besar sesudah mereka masuk neraka, kemudian Allah Taala menerima syafaatnya untuk orang-orang yang berdosa tadi, lalu Allah Taala mengeluarkan mereka dari neraka itu.


Jadi syafaat ini maksudnya ialah untuk menampakkan kemuliaan seseorang yang memberikan syafaat itu di sisi Allah, juga untuk memperlihatkan betapa keutamaan Nabi kita saw.


Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap nabi mempunyai sebuah doa yang dikabulkan, yang dengannya ia berdoa. Saya (Nabi saw.) bermaksud hendak menyimpan doa itu untuk memberikan syafaat kepada umatku di akhirat.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.


Imam Muslim menambahkan sabda beliau dengan, “Syafaat itu akan diperoleh insya Allah Taala oleh semua umatku yang mati, yang tidak menyekutukan sesuatu apa pun dengan Allah.”


Diriwayatkan pula dari Imran bin Hashin r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Ada suatu kaum keluar dari neraka dengan syafaat Muhammad saw. lalu mereka masuk surga dan diberi nama Jahanamiyin (bekas penghuni Jahanam).” Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Daud dan Ibnu Majah.


Mereka diberi nama sedemikian bukan sebagai kata penghinaan, tetapi hanya supaya selalu ingat siksa-siksa yang pernah dia alami dan betapa besar nikmat yang kini diterimanya. Dengan demikian mereka akan lebih bergembira dan bersukacita.


PERCAKAPAN ANTARA AHLI SURGA DAN AHLI NERAKA


Setelah penghuni surga menetap di surga dan penghuni neraka di neraka, terjadilah suatu percakapan antara kedua golongan itu. Masing-masing golongan menyebutkan apa yang telah diamalkan di dunia dan balasan apa yang saat itu diterimanya yakni setelah di akhirat.


Mengenai bentuk percakapan itu tentu tidak dapat diuraikan sejelas-jelasnya, bagaimana terjadi perbincangan antara kedua golongan itu yang demikian sempurna, padahal antara keduanya terdapat jarak yang begitu jauh dan selisih kedudukan yang begitu besar. Oleh sebab itu tidak perlu dipikirkan terlampau mendalam, sebab semua itu termasuk salah satu bagian dari urusan akhirat yang pasti kita tidak dapat mencapai dengan akal pikiran kita. Kita tidak dapat mengetahui persoalan demikian dengan penyelidikan kita bagaimana pun telitinya. Tetapi Allah swt. sengaja mengubah keadaan manusia ini dan diciptakan dalam alam dan keadaan yang berbeda dengan gambaran yang biasa kita saksikan sekarang. Di akhirat manusia akan diberi panca indra yang lain lagi sifatnya, sehingga akan menjadi lebih kuat dari panca indra yang diberikan sewaktu di dunia sekarang ini.


Dalam persoalan ini rasanya tidak terlampau sukar untuk kita pikirkan, jika kita sudah melihat kemajuan teknik yang baru yang diciptakan oleh akal manusia pada akhir-akhir ini. Ada suatu benda yang kiranya mudah untuk mendekatkan pemahaman kita yaitu dengan melihat pesawat seperti televisi. Bukankah dengan alat ini antara manusia satu dengan lainnya dapat saling saksi-menyaksikan, lihat-melihat serta dengar-mendengar, sekali pun antara keduanya terdapat jarak yang amat jauh yang harus ditempuh dalam waktu berbulan-bulan perjalanan.


Allah Taala berfirman, “Kami (Allah) telah menentukan kematian kepadamu dan Kami tidak akan dapat dikalahkan. Untuk menukar rupamu dan menjadikan kamu dalam rupa (keadaan lain) yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Waqi'ah:60-61)


Dalam Alquran diceritakan bentuk percakapan antara penghuni surga dan penghuni neraka, padahal terang ada tabir pemisah antara kedua golongan ini. Tabir itu di kalangan penghuni surga merupakan rahmat dan kenikmatan sedang di kalangan penghuni neraka adalah azab dan siksaan. Oleh sebab Alquran memberikan keterangan semacam itu, kita pun wajib beriman akan terlaksananya nanti. Adapun mengenai hakikatnya baiklah kita serahkan saja kepada Allah Taala Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan insya Allah kita akan dapat menyaksikan sendiri di akhirat nanti.


Allah Taala menjelaskan percakapan itu dalam firman-Nya, “Pada hari engkau melihat orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, cahaya mereka bersinar di hadapan dan di kanan mereka. Kepada mereka disampaikan, ‘Berita gembira untukmu semua pada hari ini. Kamu semua memperoleh taman-taman surga yang di dalamnya ada berbagai sungai mengalir di bawahnya.’ Mereka berdiam di situ untuk selama-lamanya. Demikian adalah suatu keuntungan yang besar sekali. Pada hari orang-orang yang munafik (beriman di bibir atau menunjukkan keislamannya secara palsu), yang lelaki atau perempuan, mengatakan kepada orang-orang yang beriman, ‘Tunggulah kami, biarkanlah kami mengambil sebagian dari cahayamu.’ Kepada mereka lalu dikatakan, ‘Mundurlah ke belakang dan carilah sendiri cahaya itu!’ Kemudian diletakkanlah tabir dinding antara mereka yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat (karunia), sedang di baliknya yakni di bagian luar ada siksaan. Orang yang berada di luar berseru pada yang di dalam, ‘Bukankah kita ini dahulu bersama-sama denganmu.’ Yang di dalam menjawab, ‘Betul, tetapi kamu semua telah mencelakakan dirimu sendiri dan bahkan menantikan kehancuran kami. Kamu semua ragu-ragu terhadap janji Tuhan dan kamu semua ditipu oleh angan-angan yang kosong sampai datang perintah Allah (kematian). Kamu semua juga ditipu oleh suatu tipuan sehingga lalai menjalankan perintah Allah. Oleh sebab itu, pada hari ini tidak akan diterima tebusan apa pun dari kamu semua dan tidak pula dari orang-orang yang kafir (tidak beriman). Tempat kediamanmu semua adalah neraka, itulah tempatmu berlindung dan tempat kembali yang amat buruk.” (Q.S. Al-Hadid:12-15)


Dalam adegan lain Alquran juga menceritakan bentuk yang lain mengenai percakapan antara penghuni surga dengan penghuni neraka, yaitu, “Orang-orang yang mendiami surga sama berseru kepada orang-orang yang mendiami neraka, ‘Sebenarnya kami telah mendapati apa yang sebetulnya dijanjikan oleh Tuhan kepada kami. Maka apakah kamu semua juga sudah memperoleh apa yang sebetulnya dijanjikan oleh Tuhan kepadamu semua.’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Kemudian seseorang meneriakkan bahwa laknat (kutukan) Allah untuk orang-orang yang menganiaya (berbuat durhaka). Yaitu orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan mengusahakan supaya jalan itu menjadi bengkok dan mereka tidak mempercayai hari kemudian.” (Q.S. Al-A'raf:44-45)


Perlu dimaklumi bahwa janji Tuhan kepada orang yang berbuat kebaikan adalah kenikmatan dalam surga, sedang janji Tuhan untuk orang yang berdosa ialah siksa dalam neraka. Kedua hal itu sudah diakui bahwa masing-masing sama-sama menerimanya. Selanjutnya Allah menceritakan pula lanjutan percakapan kedua golongan itu dalam Alquran sebagaimana firman-Nya, “Orang-orang yang mendiami neraka berseru kepada orang-orang yang mendiami surga, ‘Limpahkanlah kepada kami air sedikit atau berilah sedikit rezeki makanan yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadamu semua.’ Penghuni surga menjawab, ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya (minuman dan makanan yang enak-enak itu) untuk orang-orang kafir.’ Orang-orang kafir ialah orang-orang yang menganggap agamanya sebagai senda gurau dan permainan belaka. Mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Oleh sebab itu, pada hari ini Kami (Allah) melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan akan menemui hari ini dan karena mereka menyangkal kebenaran ayat-ayat Kami.” (Q.S. Al-A'raf:50-51)


ORANG YANG TERAKHIR MASUK SURGA DAN YANG TERAKHIR KELUAR DARI NERAKA


Diriwayatkan dari Ibnu Masud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang terakhir masuk surga adalah seorang lelaki. Ia kadang-kadang berjalan dan kadang-kadang merangkak, bahkan kadang-kadang masih dijilat-jilat juga oleh api. Setelah ia dapat melalui tempat api itu, ia pun menoleh ke belakang dan berkata, ‘Maha Suci Allah yang telah menyelamatkan diriku daripadamu. Sungguh saya telah dikaruniai oleh Allah Taala suatu pemberian yang belum pernah diberikan oleh-Nya kepada seseorang pun baik dari golongan orang-orang dahulu (awalin) atau pun orang-orang belakangan (akhirin). Kemudian ditampakkan padanya sebatang pohon, lalu ia berkata, ‘Ya Tuhanku! Sudilah kiranya Engkau mendekatkan aku kepada pohon ini, supaya aku dapat bernaung di bawahnya dan dapat pula minum airnya.’ Allah berfirman, ‘Hai anak Adam (manusia)! Barangkali kalau sudah Kuberikan padamu permintaanmu itu, apakah kiranya engkau tidak meminta lagi yang lain?’ Orang itu menjawab, ‘Ya Tuhanku! Aku tidak akan meminta yang lainnya lagi.’ Orang itu disuruh berjanji tidak akan meminta yang lain lagi dan setelah itu Tuhan lalu menerima permohonannya, sebab dilihatnya orang tersebut tidak sabar lagi mendapatkan keinginannya. Oleh Allah ia didekatkan pada pohon itu dan ia pun bernaung di bawahnya serta minum pula airnya. Selanjutnya ditampakkan sebatang pohon yang lain padanya dan yang lebih bagus dari yang pertama. Orang itu berkata, ‘Ya Tuhanku! Sudilah kiranya Engkau mendekatkan aku kepada pohon ini, supaya aku dapat bernaung di bawahnya dan minum airnya. Aku tidak akan meminta yang lainnya pada-Mu.’ Allah berfirman, ‘Hai anak Adam! Bukankah sebelum ini engkau sudah berjanji tidak akan meminta yang lainnya kepada-Ku? Barangkali kalau sudah Kuberikan permintaanmu ini, engkau akan meminta lagi yang lainnya pula?’ Orang itu berjanji sekali lagi untuk tidak meminta yang lainnya. Tuhan lalu menerima permohonannya, sebab dilihatnya orang tersebut agaknya tidak sabar lagi untuk mendapatkan keinginannya itu. Oleh Allah ia didekatkan pada pohon itu dan ia pun bernaung di bawahnya serta minum airnya. Setelah itu ditampakkan pula di muka orang tadi sebatang pohon yang terletak di dekat pintu gerbang surga yang keadaannya lebih bagus dari kedua pohon yang sebelumnya. Orang itu berkata pula, ‘Ya Tuhanku! Sudilah kiranya Engkau mendekatkan aku dari pohon ini, supaya aku bernaung di bawahnya dan minum airnya. Aku tidak akan meminta pada-Mu yang lain lagi.’ Allah berfirman, ‘Hai anak Adam! Bukankah sebelum ini engkau sudah berjanji pada-Ku tidak akan meminta yang lain.’ Orang tadi menjawab, ‘Benar, ya Tuhanku sekarang saya tidak meminta lagi yang lain.’ Oleh Allah diterima permohonannya, sebab dilihatnya ia sudah tidak sabar lagi untuk mendapatkan keinginannya. Orang itu didekatkan pada pohon tersebut. Demi ia sudah didekatkan pada pohon yang terletak di dekat pintu surga itu, lalu terdengar olehnya suara riuh rendah dari penghuni surga. Kemudian ia pun berkata lagi, ‘Ya Tuhanku, masukkanlah saya ke dalam surga.’ Allah berfirman, ‘Hai anak Adam! Karunia apakah yang kiranya dapat memuaskan hatimu, sehingga engkau tidak meminta-minta lagi? Apakah kiranya engkau puas, sekiranya engkau Kuberi kenikmatan sebesar kadar dunia dan sebuah lagi yang seperti itu?’ Orang itu berkata, ‘Ya Tuhanku! Apakah Engkau memperolok-olokkan diriku padahal Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam?’ Ibnu Masud (yang menceritakan hadis ini) lalu ketawa. Setelah itu ia berkata, ‘Mengapa kamu semua (kawan-kawannya yang mendengarkan) tidak menanyakan kepadaku, apa sebab aku ketawa?’ Orang-orang yang mendengarkan lalu bertanya, ‘Mengapa engkau tertawa?’ Ia menjawab, ‘Begitulah Rasulullah saw. juga ketawa sewaktu menceritakan ini, lalu beliau ditanya, apakah sebab beliau tertawa.’ Beliau menjawab, ‘Saya tertawa karena Tuhan seru sekalian alam ketawa ketika orang yang meminta dimasukkan surga itu berkata, ‘Apakah Engkau memperolok-olokkan diriku, padahal Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam.’ Seterusnya Allah lalu berfirman, ‘Aku tidak memperolok-olokkan engkau, tetapi memang Aku ini Maha Kuasa atas segala yang Aku kehendaki.’” Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim.


SURGA


Jannah atau surga menurut etimologi berarti taman yang terdiri dari pohon kurma atau pohon lain-lain. Kata ini diambil dari lafal janna yang artinya menutupi. Sebab disebut demikian ialah karena pohon-pohon yang ada di dalam surga amat rindang daunnya, rimbun sekali, sedang cabang-cabang dari pohon yang satu bertaut dengan cabang-cabang dari pohon lainnya, sehingga bagian atas merupakan sebuah naungan atau payung tempat berteduh.


Adapun yang dimaksud dengan surga ialah suatu tempat kediaman atau perumahan yang disediakan oleh Allah swt. untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya sebagai balasan kepada mereka atas keimanannya yang jujur dan benar serta amal perbuatannya yang saleh.


Untuk memberi nama surga itu, Alquran memberikan banyak gelaran seperti Jannatul Ma'wa (surga tempat kembali), Jannatu Adn (surga tempat tinggal yang kekal), Darul Khulud (perumahan yang kekal), Firdaus (paradis), Darussalam (tempat kediaman yang damai), Darul Maqamah (tempat kediaman yang tenang), Jannatun Na'im (taman-taman yang menyenangkan), Maqam Amin (tempat yang aman) dan lain-lain lagi. Dalam Alquran juga disebutkan bahwa luas surga itu adalah seluas keseluruhan langit dan bumi yakni alam semesta ini. Pernah Nabi saw. ditanya tentang tempat neraka, “Jika luas surga adalah seluas keseluruhan langit dan bumi, maka di manakah tempat neraka?” Beliau memberikan jawaban tentang ini dengan sabdanya, “Maha Suci Allah, di manakah malam, jika siang sudah menjelma.”


PENGHUNI SURGA


Surga tidak akan dimasuki selain orang yang benar-benar mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mulia serta bersifat dengan berbagai keutamaan dan keluhuran. Allah Taaberfirman, “Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan mengaruniakan surga untuk mereka. Mereka berperang untuk membela agama Allah, sebab itu mereka pun membunuh dan terbunuh, menuruti janji Allah yang tersebut dalam kitab Taurat, Injil dan Alquran. Siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah itu? Oleh sebab itu, maka bergembiralah dengan perjanjian yang telah kamu semua perbuat. Yang sedemikian itu adalah suatu keuntungan yang besar sekali. Orang-orang yang bertobat kepada Allah, orang-orang yang menyembah-Nya, orang-orang yang memuji-Nya, orang-orang yang berpuasa, orang-orang yang rukuk, orang-orang yang sujud, orang-orang yang menyuruh mengerjakan kebaikan, orang-orang yang melarang mengerjakan keburukan dan orang-orang yang menjaga batas-batas hukum Allah, maka sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman itu.” (Q.S. At-Taubah:111-112)


KENIKMATAN SURGA


Allah Taala menjelaskan tentang sifat-sifat dan keadaan surga yakni bahwa kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya kekal, kesenangan di situ tidak akan pernah habis dan apa saja yang terdapat di dalamnya benar-benar tidak ada tandingannya. Tentang sungai-sungainya banyak sekali dan bercabang-cabang pula, airnya pun meluap dan tidak akan kering. Dalam Alquran disebutkan, “Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa ialah sebagai suatu taman yang di dalamnya ada sungai-sungai yang airnya tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang rasanya tetap tidak berganti-ganti, sungai-sungai dari anggur yang amat sedap rasanya bagi orang-orang yang meminumnya dan sungai-sungai dari madu yang bening jernih. Di sana mereka memperoleh segala macam buah-buahan serta pengampunan dari Tuhan.” (Q.S. Muhammad:15)


Sungai-sungai mengalir di bawah gedung-gedung dan istana-istana yang besar-besar lagi indah, yang di dalamnya penuh tersedia berbagai buah-buahan dan daging burung. Ini jelas difirmankan oleh Allah Taala, “Para penghuni surga menerima buah-buahan, yang mana saja mereka bebas memilihnya dan juga daging burung, mana saja yang mereka inginkan” (Q.S. Al-Waqi'ah:20-21)


Penghuni-penghuni surga setiap dikaruniai rezeki berupa buah-buahan, mereka senantiasa berkata, “Ini tentunya yang pernah kita peroleh sebelum sekarang,” padahal yang diberikan kepada mereka memang serupa benar dengan yang lalu. Tetapi yang terang letak persamaan dalam hal kebagusan dan indah bentuknya. Allah Taala berfirman, “Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman serta mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik, sesungguhnya mereka akan memperoleh taman-taman surga yang mengalir beberapa sungai di bawahnya. Setiap mereka mendapatkan pemberian rezeki dari surga dari buah-buahan, mereka berkata, ‘Ini adalah seperti rezeki yang kita terima sebelum sekarang.’ Kepada mereka diberikan pemberian-pemberian yang serupa. Di dalam surga pun mereka akan memperoleh jodoh yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah:25)


Rezeki baik yang berupa makanan atau minuman yang diberikan kepada penghuni surga dilayani oleh pemuda-pemuda yang tetap tinggal muda dan mereka adalah bagaikan mutiara yang bertaburan karena sangat molek, rupawan dan indah pakaiannya. Ini dinyatakan oleh Allah Taala dalam firman-Nya, “Dan beredarlah (melayani) di sekitar mereka bujang-bujang yang tetap tinggal muda. Kalau engkau lihat mereka, engkau kira mereka mutiara yang bertaburan. Dan ke mana saja engkau melihat, engkau akan melihat kenikmatan (merasa amat senang sekali) serta kerajaan yang besar. Bujang-bujang muda itu mengenakan pakaian yang berupa sutera halus yang berwarna hijau dan pula sutera tebal, juga diberi perhiasan gelang tangan dari perak. Tuhan memberikan minuman kepada mereka dengan minuman yang bersih.” (Q.S. Al-Insan:19-21)


Adapun bujang-bujang pelayan itu membawa piring-piring, wadah-wadah dan gelas-gelas dari emas, di dalamnya penuh dengan makanan dan minuman yang meneteskan air liur, sangat diingini oleh hati dan sedap dipandang mata. Hal ini dinyatakan oleh Allah Taala dalam firman-Nya, “Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas. Di dalamnya terdapat semua apa yang diingini oleh hati dan yang sedap dipandang mata. Kamu semua akan kekal di situ selama-lamanya.” (Q.S. Az-Zukhruf:71)


Juga tersebut dalam firman-Nya, “Kepada mereka diedarkan wadah dari perak dan gelas dari kristal murni. Kristal jernih terbuat dari perak pula yang mereka perkirakan dengan ukuran yang sesuai sekali. Di surga mereka diberi minuman dalam gelas dengan campuran jahe. Diambil dari sebuah mata air yang bernama Salsabil.” (Q.S. Al-Insan:15-18)


Bukan main senang dan suka citanya. Baru pelayannya saja pakaiannya sudah berupa sutera tipis dan tebal berhiaskan emas. Konon pula keadaan tempat kediaman yang digunakan sebagai tempat tinggal, biliknya bersusun dan tampak aliran sungai di bawahnya. Allah Taala berfirman, “Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan, mereka akan mendapatkan bilik-bilik gedung yang tinggi dan di atasnya ada pula bilik-bilik dari gedung yang tinggi pula yang dibangun dan di bawahnya mengalir sungai-sungai. Itulah janji Allah. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.” (Q.S. Az-Zumar:20)


Selain itu dijelaskan bahwa penghuni surga ditemani oleh istri-istrinya duduk bersenang-senang dan bersandar di atas sofa yang indah, dalam tempat yang teduh dan nyaman udaranya. Istri-istrinya dijadikan oleh Allah dalam keadaan muda semua, sebaya usianya dan penuh kecintaan pada suaminya, sebagaimana juga halnya Allah menciptakan para bidadari yang matanya jelita, bagaikan telur yang tersimpan rapi. Para wanita dalam surga semua suci dari segala cela yang biasa dialami oleh wanita-wanita di dunia, maka dari itu mereka tidak mengalami haid, nifas, rupa yang buruk atau pun budi pekerti yang jahat. Mengenai semua ini diterangkan oleh Allah Taala dalam beberapa firman-Nya, yaitu, “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukannya masing-masing (menurut kegemarannya sendiri-sendiri). Mereka dengan istri-istrinya berada di tempat yang teduh sambil duduk-duduk bersandar di atas sofa.” (Q.S. Yasin:55-56)


Juga firman-Nya, “Sesungguhnya gadis-gadis dalam surga Kami (Allah) jadikan dengan kejadian yang istimewa. Mereka Kami jadikan perawan suci penuh kecintaan dan sebaya semua usianya.” (Q.S. Al-Waqi'ah:35-37)


Ada pula firman-Nya, “Di samping mereka terdapat pula gadis-gadis (bidadari-bidadari) yang sopan-sopan lagi setia dengan mata yang jelita bagaikan telur yang tersimpan rapi.” (Q.S. Ash-Shaffat:48-49)


Terdapat pula keterangan bahwa penghuni surga tidak mempunyai perasaan kedengkian, sebab sifat ini sudah dibuang sama sekali oleh Allah Taala dari hati mereka. Mereka hidup sebagai saudara kandung, duduk berhadap-hadapan dan tidak merasa penat atau lelah sama sekali. Ini disebutkan dalam firman Allah Taala yang berbunyi, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berdiam di dalam taman-taman surga dan di tengah-tengahnya ada mata air yang memancar. Kepada mereka dikatakan, ‘Masuklah kamu semua ke dalamnya dengan aman sentosa.’ Kami (Allah) telah membuang segala sifat kedengkian yang ada di dalam hati mereka, sehingga mereka merupakan saudara-saudara belaka, berhadap-hadapan di atas tempat duduk. Mereka tidak pernah tersentuh rasa lelah dan mereka tidak akan dikeluarkan dari tempat itu.” (Q.S. Al-Hijr:45-48)


Diuraikan pula bahwa di dalam surga tidak terdengar sama sekali omong kosong atau percakapan yang menyebabkan dosa. Yang terdengar hanyalah kata-kata yang menyucikan Allah swt. serta ucapan salam antara seorang dengan lainnya, juga salam Tuhan kepada kaum mukminin, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Taala, “Di dalam surga mereka tidak mendengarkan perkataan omong kosong dan tidak pula kata-kata yang menyebabkan dosa. Yang terdengar di situ hanyalah ucapan salam (damai), salam (damai)’.” (Q.S. Al-Waqi'ah:25-26)


Juga firman-Nya, “Salam (damai), suatu ucapan penghormatan yang diterima dari Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Q.S. Yasin:58)


Dan lagi firman-Nya, “Para malaikat akan datang menemui penghuni surga dari segala pintu. Mereka mengatakan, ‘Salam (damai) untukmu semua, dketeguhan hatimu. Alangkah senangnya tempat kediaman yang terakhir.’” (Q.S. Ar-Ra'd:23-24)


Adapun hadis yang menjelaskan sehubungan dengan persoalan surga dan penghuninya serta keadaan-keadaan yang ada di dalamnya, di antaranya ialah yang diceritakan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmizi bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kelompok pertama yang memasuki surga rupa mereka adalah bagaikan bulan purnama. Kemudian yang menyusul sesudah mereka mempunyai rupa sebagai bintang cemerlang yang cahayanya sangat terang di langit. Para penghuni surga tidak membuang kotoran kecil atau besar, tidak pula berludah atau pun beringus. Sisir mereka terbuat dari emas sedang keringat mereka berbau minyak kasturi dan perapiannya adalah dari tangkai dupa harum. Istri-istri mereka adalah bidadari yang bermata jelita. Para penghuni surga mempunyai satu macam watak sebagai satu orang saja, sedang bentuk rupanya adalah semua seperti ayah mereka yakni Adam yang tingginya ada enam puluh hasta ke atas.”


Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid, bahwa Rasulullah saw. pada suatu hari bersabda kepada sekalian sahabatnya, “Ingatlah! Siapakah yang suka cepat-cepat berusaha giat mendapat surga? Sesungguhnya surga tidak pernah terlintas dalam hati yang sesuai dengan keadaannya. Demi Zat yang menguasai Kakbah, surga adalah merupakan cahaya yang terang-benderang, semerbak wangi yang mengharumkan, di dalamnya terdapat istana yang megah, sungai yang mengalir, buah-buahan yang banyak dan matang, istri yang cantik dan molek, berbagai perhiasan yang bermacam-macam dan kedudukan yang selamanya dalam keadaan kelapangan dan kenikmatan hidup, dalam gedung-gedung yang indah dan mengkilap.” Para sahabat lalu berkata, “Kita semua ingin cepat-cepat untuk mencapainya, ya Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “Katakanlah insya Allah.” Kemudian beliau menyebutkan urusan perjuangan dan menyuruh supaya diperhebat. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah.


NIKMAT SURGA DI LUAR GAMBARAN AKAL PIKIRAN


Nikmat surga sebagaimana yang telah diuraikan di muka adalah seperti apa yang sudah kita kenal di alam dunia sekarang ini, sekali pun tentunya keadaannya lebih tinggi, nilainya lebih mulia dan mutunya lebih hebat, baik dalam hal warna, bentuk, rasa dan baunya. Sekali pun demikian, hakikatnya tidak dapat digambarkan oleh akal pikiran sebab pasti jauh lebih hebat dari apa yang dilukiskan oleh akal manusia.


Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. sebuah hadis dari Rasulullah saw., sabdanya, “Telah Aku (Allah) sediakan untuk seluruh hamba-Ku yang saleh suatu balasan (surga) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam hati seseorang pun. Bacalah sesukamu ayat yang berarti, ‘Seseorang pun tidak dapat mengetahui cahaya mata (kegembiraan) yang disembunyikan yang akan dikaruniakan kepada mereka itu.’” (Q.S. As-Sajdah:l7)


Jadi nikmat yang ada di akhirat sebenarnya sama sekali tidak dapat disamakan dengan nikmat yang pernah kita lihat atau kita alami di dunia. Sekali pun agaknya ada persamaan, maka persamaan itu hanya mengenai nama belaka sedang keadaan dan sifat yang hakiki pasti berbeda. Sebabnya ialah andai kata sama, tentu sudah ada mata yang melihat, telinga yang mendengar atau pun yang terlintas dalam kalbu, padahal jelas sebagaimana sabda Rasulullah saw. tidak demikian. Ibnu Abbas r.a. dalam memberikan kupasan atau tafsiran perihal firman Allah Taala yang berbunyi, “Kepada penghuni surga diberikan karunia yang serupa dan di dalam surga mereka mendapatkan istri-istri yang suci dan mereka akan kekal selama-lamanya.” (Q.S. Al-Baqarah:25) Ia berkata, “Tidak sesuatu pun yang sama atau serupa apa-apa yang ada di surga dengan yang ada di dunia ini, melainkan hanya nama-namanya belaka.”


NIKMAT SURGA YANG TERTINGGI


Adapun nikmat yang diberikan kepada penghuni surga yang tertinggi ialah mereka dapat melihat zat Allah swt., dapat bermunajat dengan-Nya serta merasa bahagia karena mendapatkan keridaan-Nya.


Dalam hal ini Allah Taala berfirman tentang melihat Allah Taala, “Wajah-wajah penghuni surga pada hari itu berseri-seri, karena dapat melihat Tuhannya.” (Q.S. Al-Qiyamah:22-23)


Tentang bermunajat dengan Allah Taala, “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan masing-masing. Mereka dengan istri-istrinya berada di tempat yang teduh, sambil duduk-duduk bersandar di atas sofa. Di situ mereka mendapatkan buah-buahan dan apa saja yang dimintanya. ‘Salam (damai)’ sebagai ucapan penghormatan yang mereka terima dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Q.S. Yasin:55-58)


Tentang keridaan yang mereka peroleh dari Allah Taala, “Dan keridaan yang diperoleh dari Allah, itulah kenikmatan yang lebih besar lagi.” (Q.S. At-Taubah:72)


Juga firman-Nya, “Bagi orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan akan mendapatkan taman-taman surga yang di bawahnya mengalir berbagai sungai. Mereka kekal di situ selama-lamanya. Mereka juga mendapatkan istri-istri yang suci serta keridaan dari Allah dan Allah adalah Maha Memperhatikan sekalian hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imran:15)


Mengenai hadis-hadis yang berhubungan dengan persoalan ini, di antaranya ialah yang diriwayatkan dari Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila penghuni surga sudah memasuki surga, Allah Taala lalu berfirman, ‘Jika kamu semua menginginkan sesuatu, Aku akan menambahnya.’ Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau sudah menjernihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau sudah memasukkan kami semua dalam surga? Bukankah Engkau sudah menyelamatkan kami dari api neraka?’ Kemudian diangkatlah tabirnya, maka tidak ada suatu kenikmatan pun yang pernah dikaruniakan kepada mereka itu yang mereka rasakan lebih senang (lebih lezat) daripada melihat Tuhan. Rasulullah saw. lalu membaca ayat yang artinya, “Bagi orang-orang yang berbuat baik adalah balasan baik dan tambahan lagi dari itu (yakni dapat melihat Tuhan).” Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lain.


Ada pula sebuah hadis yang diriwayatkan dari Jarir bin Abdullah r.a., bahwa pada suatu malam Rasulullah saw. melihat bulan purnama, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya kamu semua nanti akan dapat melihat Tuhan dengan terang sebagaimana kamu semua melihat bulan ini. Kamu semua tidak akan ragu-ragu sedikit pun melihat-Nya. Jika kamu semua mampu janganlah terlalaikan melakukan salat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah. Rasulullah saw. lalu membaca ayat yang artinya, ‘Dan sucikanlah Tuhanmu dengan mengucapkan pujian pada-Nya sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya’.” Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmizi.


Melihat Allah Taala sewaktu di dunia, tidak mungkin terjadi untuk siapa pun juga. Nabi Musa a.s. pernah memohon kepada Tuhan supaya dapat melihat-Nya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah Taala dengan firman-Nya, “Ya Tuhan! Perlihatkanlah diri-Mu padaku, supaya aku dapat melihat-Mu. Tuhan lalu berfirman, ‘Engkau tidak akan dapat melihat Aku, tetapi pandang sajalah bukit itu. Jika ia tetap di tempatnya, nanti engkau dapat melihat Aku.’ Tetapi setelah Tuhan memperlihatkan kebesaran Zat-Nya kepada bukit itu, tiba-tiba bukit itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar diri, ia berkata, ‘Maha Suci Engkau. Aku bertobat kepada-Mu dan akulah mula-mula orang yang beriman’.” (Q.S. Al-A'raf:143)


Ibnu Abbas r.a. juga beberapa golongan alim ulama berpendapat, bahwa Nabi Muhammad saw. dapat melihat Tuhan pada waktu malam isra. Ibnu Abbas r.a. dalam mengupas firman Allah Taala, “Tidaklah Kami membuat pemandangan yang Kami perlihatkan padamu itu, melainkan sebagai fitnah bagi seluruh manusia” (Q.S. Al-Isra:60) Ia berkata, “Pemandangan yang dimaksudkan ialah penglihatan mata kepala yang diperlihatkan kepada Rasulullah saw. di malam beliau diisrakan untuk menghadap ke hadirat Allah Taala.” Diriwayatkan oleh Bukhari. Hasan sendiri bersumpah bahwa Rasulullah saw. juga pernah melihat Tuhan.


Tetapi Saidah Aisyah r.a. mengingkari pendapat di atas, tidak membenarkan bahwa Rasulullah saw. melihat Tuhan. Diriwayatkan dari Masruq, katanya, “Saya berkata kepada Aisyah r.a., ‘Wahai Umul mukminin! Benarkah Nabi Muhammad saw. pernah meTuhan?’ Aisyah lalu menjawab, ‘Benar-benar telah berdiri tegak bulu romaku karena mendengar apa yang kau katakan itu. Hati-hatilah engkau dari tiga hal ini. Siapa yang memberitahukan padamu tentang tiga hal ini, pasti ia berdusta. Siapa yang memberitahukan padamu bahwa Muhammad pernah melihat Tuhan, ia pasti berdusta.’ Aisyah lalu membaca ayat yang artinya, ‘Dia (Allah) tidak dapat dicapai oleh semua mata, sedang Dia dapat melihat semua mata itu.’ (Q.S. Al-An'am:103) ‘Siapa yang memberitahukan padamu bahwa ia dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada esok hari, pasti ia berdusta.’ Aisyah lalu membaca ayat yang artinya: Tidak seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan dikerjakan esok hari.’ (Q.S. Luqman:34) ‘Siapa yang mengatakan padamu bahwa ia (Rasul) menyembunyikan sedikit pun dari wahyu, maka pasti ia berdusta.’ Aisyah lalu membaca ayat yang artinya, ‘Hai Rasul! Sampaikanlah apa-apa yang diturunkan padamu dari Tuhanmu’. (Q.S. Al-Maidah:67) Tetapi ia pernah melihat Jibril dalam bentuk aslinya sebanyak dua kali.” Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmizi.


KEKEKALAN KEHIDUPAN DI AKHIRAT


Surga kekal tidak pernah rusak, demikian pula neraka. Para penghuni di masing-masing tempat itu (yakni surga dan neraka) juga kekal. Mereka tidak akan didatangi oleh kematian dan tidak pula dihinggapi oleh kebinasaan dan kerusakan.


Dalam hal ini Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya dalam hal itu pasti dapat menjadi keterangan untuk orang yang takut akan siksa hari kemudian. Hari itu adalah hari seluruh manusia dikumpulkan dan itu pulalah hari yang memberikan kesaksian. Kami tidak mengundurkannya, melainkan sampai pada waktu yang ditentukan. Jika hari itu datang, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. Di antara orang-orang ada yang celaka dan ada yang bahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka tempat mereka adalah neraka. Mereka di situ menarik nafas panjang dan mengerang. Mereka kekal di situ selama-lamanya selama ada langit dan bumi, kecuali menurut kehendak Tuhanmu, sesungguhnya Tuhanmu Maha Kuasa melaksanakan apa saja yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempat mereka di dalam surga. Mereka kekal di situ selama-lamanya, selama ada langit dan bumi, melainkan menurut kehendak Tuhan. Itulah pemberian yang tiada henti-hentinya.” (Q.S. Hud:103-108)


Adapun rahasianya, mengapa penghuni surga kekal dalam surga dan penghuni neraka dalam neraka, sebab masing-masing dari kedua golongan itu juga mengekalkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan sewaktu di dunia, baik berupa kebaikan atau pun berupa keburukan. Para penghuni surga tentunya akan terus melaksanakan keimanan yang benar serta ketaatan dan kebaktian kepada Allah Taala, sekali pun sampai kapan saja mereka hidup di dunia, bahkan selama ada umur dalam tubuh mereka. Demikian pula halnya penghuni neraka. Mereka pun akan tetap melakukan kekafiran, kemaksiatan serta kedurhakaan, sekali pun akan hidup di dunia ini selama berjuta-juta tahun lamanya. Jadi kedua golongan itu pasti akan menghendaki perbuatan-perbuatannya sendiri sebagaimana yang sudah dibiasakan selama itu. Oleh karenanya, maka sudah selayaknya, jika balasan dari kedua golongan tadi diterapkan menurut kehendaknya sendiri serta niat yang sudah terpatri dalam jiwanya.


Berdasarkan apa yang sesuai dengan kehendak dan kemauan mereka inilah pengekalan itu dilaksanakan, karena baik keimanan atau kekafiran dan apa yang merupakan hubungan yang erat dari keduanya yang berupa amal baik atau buruk, pasti akan terus menetap dan meresap dalam kalbu, juga mantap untuk selamanya dalam jiwa. Ini tentunya tidak mungkin hilang sebab sudah meresap dan mendarah daging.


Alquran dengan jelas menggambarkan penetapan hati yang sedemikian ini. Di situ disebutkan bahwa andaikata orang-orang kafir yang tidak beriman dikembalikan ke dunia sekali lagi, setelah mengalami siksaan yang pedih dalam neraka, niscaya mereka akan kembali melakukan apa yang sudah menjadi kebiasaan mereka di dunia, yakni kekafiran, kejahatan dan budi pekerti yang tercela. Allah swt. berfirman, “Jika engkau melihat di waktu orang-orang kafir ditegakkan di muka neraka, lalu mereka berkata, ‘Wahai, malangnya nasib kami ini. Kiranya kami dapat dikembalikan (ke bumi), maka kami tidak akan mendustakan lagi keterangan-keterangan Tuhan dan kami akan menjadi orang-orang yang beriman. Tidak boleh jadi hal itu, bahkan telah jelas apa yang mereka rahasiakan dahulu. Jika sekiranya mereka dikembalikan, niscaya mereka akan mengulangi lagi mengerjakan apa yang telah dilarang. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdusta.” (Q.S. Al-An'am:27-28)


Jadi jelas bahwa balasan sesuai dengan iradah atau kehendak serta niat manusia itu sendiri. Sandaran pokok yang demikian ini adalah sesuai dengan sabda Rasulullah saw. “Sesungguhnya amal-amalan tergantung pada niatnya dan bahwasanya setiap orang mendapat yang diniatkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

No comments:

Post a Comment